Liburan tahun lalu merupakan
liburan paling berkesan bagi Emon. Emon belajar menanam toga (tanaman obat
keluarga) atau empon-empon dari Eyang Putri yang tinggal di Sukoharjo. Empon-empon
adalah tanaman herbal berkhasiat obat seperti kunyit, jahe, dan temulawak. Pemandangan
empon-empon yang tumbuh subur di pekarangan Eyang Putri terbawa sampai ke dalam
mimpi Emon.
Emon memang suka mencicipi jamu
yang dijual ibu-ibu jamu ghendong di
kota. Dia meniru kebiasaan Mama dan Papa. Jamu dipercaya mampu meningkatkan
daya tahan tubuh. Tidak heran, Mama dan Papa tampak selalu bugar. Demikian pula
Eyang Putri.
Pulang dari rumah Eyang Putri,
Emon membantu Mama dan Papa menggarap pekarangan di belakang rumah. Selain
empon-empon, mereka juga mencoba menanam kangkung, sawi, cabai, dan lain-lain.
Ukuran pekarangan tidak terlalu luas, jadi mereka memanfaatkan wadah bekas
seperti ember, kaleng, atau botol air mineral.
Hampir setiap hari ada pemandangan
Emon menyeka keringat di pekarangan. Asyiknya kegiatan mencampur pupuk, menanam
bibit, menyiram, dan tentu saja … memanen! Pekarangan yang tadinya kosong
melompong, kini semarak oleh bermacam-macam tanaman. Sesekali terdengar Emon
menyapa tanaman-tanamannya, “Selamat sore. Kalian sedang apa? Pasti pada haus,
kan? Aku siram air, ya.” Menurut Eyang Putri, sebaiknya tanaman diperlakukan
seperti manusia. Kalau bisa sambil berzikir. Manusia dan tanaman sama-sama
makhluk ciptaan Tuhan.
Berbeda dengan tahun lalu, liburan
kali ini mengharuskan Emon di rumah saja karena pandemi Covid-19. Tidak mengapa,
Emon memilih mengurus pekarangannya. Ketika pandemi melanda, empon-empon ramai
diburu orang. Kadang Emon berbagi empon-empon gratis kepada tetangga dan
teman-temannya di SD Harapan Ibu. Selain untuk bahan minuman jamu, empon-empon
juga digunakan sebagai bumbu masakan.
“Kira-kira panennya kapan ya,
Mon?” tanya Dimas melalui video call.
“Sekitar beberapa bulan.
Hati-hati saat membongkar tanahnya nanti,” jawab Emon.
“Kalau wadahnya pakai ban bekas
apa bisa, Mon?” tanya Sri pula. Dia lebih tertarik menanam sayuran daripada
empon-empon.
“Bisa, dong. Yang penting
wadahnya bisa menampung tanah dan air,” jawab Emon lagi. Emon senang. Teman-temannya
jadi tertarik belajar menanam di pekarangan seperti dirinya.
“Pasti seru kalau di sekolah kita
ada pelajaran bercocok tanam. Aku bakal jadi peserta nomor satu!” kata Dimas.
“Sekarang aku tahu bagaimana
sulitnya pekerjaan pak tani. Aku tidak mau membuang-buang makanan lagi,” kata
Sri. “Terima kasih sudah mengajariku, Mon. Aku pengin traktir kamu, Dimas, dan
teman-teman makan-makan di rumahku.”
Emon bersorak dalam hati. Dia
langsung membayangkan melahap ayam bakar Magetan buatan mama Sri yang terkenal
lezat. Tapi, sejenak kemudian dia manyun kembali. ”Yeee … Sri, kita kan belum
boleh kumpul-kumpul. Korona inget korona!” protes Emon keki.
Dimas dan Sri spontan tertawa.
Mama yang sedang duduk di samping Emon ikut tertawa.
“Ada apa ini rame-rame?” tanya
Papa tiba-tiba dari dapur. Beliau membawa dua gelas jamu kunyit asam dingin untuk
Emon dan Mama. Kelihatannya segar sekali.
Emon dan Mama saling lirik. “Ada,
deeeh,” jawab mereka serempak, lalu menyeruput jamu kunyit asam dengan nikmat. []
Haya Aliya Zaki
Cara mengirim cerpen anak atau dongeng ke koran Kedaulatan
Rakyat
1. Tulis cerpen anak atau dongeng maksimal 500
kata.
2. Kirim naskah rubrik
CERNAK ke alamat redaksi KR Jl. P. Mangkubumi, Gowongan, Jetis no. 40–46
Yogyakarta 55232. Tidak perlu mengirim soft
copy via e-mail.
3. Lampirkan scan
KTP.
4. Sertakan
biodata dan nomor rekening bank di naskah dan badan
email.
5.
Dongeng di atas saya kirim 16 Juni 2020 dan dimuat 3 Juli 2020 (masa tunggu 2 minggu).
6. Rubrik CERNAK terbit setiap hari Jumat (seminggu sekali). Silakan pantau melalui e-paper gratis daftar di epaper.krjogja.com.
6. Rubrik CERNAK terbit setiap hari Jumat (seminggu sekali). Silakan pantau melalui e-paper gratis daftar di epaper.krjogja.com.
Assalamu'alaikum, Mba Haya.
BalasHapusSekarang pengiriman honor via transfer, ya, Mba? Terakhir, udah lama banget sih. Tahun 2015. Kata kawan-kawan honornya via wesel. Jadi nggak nyantumin norek juga. Alhasil sampe sekarang honornya gak sampai, Mba. 😅
Seharusnya ditransfer ya karena jauh. Tapi, saya minta tolong teman yang di Yogya untuk bantu ambilkan karena honor gak kunjung ditransfer.
Hapuspengen coba, tapi kalau maksimal 500 imajinasi saya jadi mentok
BalasHapusMungkin kamu cocoknya nulis novel, ya.
HapusTrakhir kali karyaku dimuat, di majalah bobo, itupun pas aku msh sekolah.hahahaha. masih pake wesel bayarannya :D. Trus ga prnh kirim2 karya lagi.
BalasHapusBaguuus mbaaa ceritanya. Bisa nih aku jadiin dongeng sblm tidur utk anak2ku. Biasanya aku slalu bacain mereka cerita sblm bobo malam :D. Skr udah ditransfer mba bayarannya?