Siapa pun tahu, Ramadhan tahun ini “istimewa”. Pandemi Covid-19
melanda dunia dan dampaknya demikian luar biasa. Biasanya, saat Ramadhan, kita
silaturahmi setiap hari, apakah tarawih berjamaah, tadarus di masjid, atau buka
puasa bersama. Kini, semua rutinitas itu tiada, termasuk mudik Lebaran. Rasa
sesak memenuhi rongga dada kala menonton video YouTube “Ramai Sepi Bersama” hasil kolaborasi empat musisi; Baskara
Putra (Hindia), Kunto Aji, Yura Yunita, dan Sal Priadi. Video yang diinisiasi
IM3 Ooredoo ini mewakili perasaan saya, bahkan mungkin banyak umat muslim di
Indonesia.
Ramadhan selalu jadi momen yang paling saya tunggu, terutama beberapa tahun belakangan. Anak-anak sudah beranjak besar sehingga saya bisa leluasa tarawih di masjid. Kalau dulu, saya dan suami selang seling tarawih di rumah dan di masjid karena kami harus bergantian menjaga anak-anak yang masih kecil. Kami tidak bisa selalu membawa anak kecil ke masjid karena kadang kondisi anak kecil kan tidak terduga. Sedih, tahun ini balik tarawih di rumah saja, bahkan full sampai sebulan ya Allah.
Setiap Ramadhan, pagi-pagi saya selalu ikut tadarusan ibu-ibu
pengajian di masjid. Saya lebih senang mengaji tartil, membaca Alquran dengan
pelan dan tenang. Jadi, demi mengkhatamkan 30 juz, enaknya memang tadarusan di
masjid. Lebih senangnya lagi, ada Bu Hj. Nasir, guru mengaji kami, yang
mambantu membimbing seandainya kami salah membaca huruf, tajwid, dan lain-lain.
Maklum, pagi hari mata rawan terserang kantuk. Setelah sahur, ibu-ibu tidak
balik ke kasur he-he.
Lanjut ke kebiasaan berikutnya. Bukber blogger saat
Ramadhan merupakan kesempatan berpapasan sekaligus menambah wawasan. Saya dan
teman-teman blogger bercanda kalau bukbernya blogger itu keren karena sering “disponsori”
brand ha-ha! Ya, saat Ramadhan,
sesekali kami diundang brand untuk
meliput acara dengan narsum dari berbagai bidang profesi. Bahkan, saya pernah
ikut bukber yang berbuah laptop canggih dari brand. Pasalnya, tulisan saya dari acara bukber itu diperlombakan
dan memenangi juara satu. Silaturahminya dapat, wawasannya dapat, hadiahnya
pula dapat. Masyaallah. Tahun ini, bukber blogger terpaksa absen dulu hiks.
Soal tradisi mudik Lebaran, saya punya cerita lebih heits
lagi. Halah. Setiap tahun kami mudik ke tempat orangtua saya di Medan atau ke
keluarga besar suami di Yogya. Tahun lalu, giliran kami mudik ke Medan. Berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya, kami sekeluarga nekat mudik ke Medan pakai mobil
pribadi dan sopirnya hanya satu, yakni suami saya! Benar-benar pengalaman SUPEEERRR,
melebihi pengalaman kami traveling ke berbagai negara di Eropa. Sungguh!
Sebenarnya, kami cukup sering mudik road trip pakai mobil pribadi, tapi paling banter sampai Yogya
doang. Sekarang Tangerang–Yogya 12 jam kelar. Lha ini, Tangerang–Medan! Bukan
perkara mudah merencanakan road
trip Tangerang–Medan-Tangerang sejauh 4000 km atau total 6 hari 6 malam, membawa
anak-anak, dan itu tadi sopirnya cuma satu. Kalau istilah orang Medan:
ngeri-ngeri sedap. Selain kudu lihai menyetir, stamina suami harus prima. Niat silaturahmi
kepada orangtua tidak terbendung, apa daya harga tiket pesawat lagi gila-gilaan
banget. Seingat saya, waktu itu ancar-ancar harga tiket pesawat kami mencapai
Rp40 juta sekali jalan. Catet, sekali jalan, yo. Harga tiket pesawat naik
berkali-kali lipat dibandingkan dengan harga biasa di musim Lebaran.
Bolak-balik bisa Rp100 juta. Alamak.
Saat berangkat, suami memilih melewati jalur Sumatera
lintas timur. Pulangnya, jalur Sumatera lintas barat. Beberapa kali bapak
mertua menelepon karena khawatir. Tante di Medan pun sama khawatirnya. Jangan
sampai kami ketemu “bajing loncat”. “Bajing loncat” adalah perampok bengis yang
kerap mencegat di jalan. Mereka mengincar barang-barang bawaan truk atau
mobil.
Jelang malam di perjalanan, saya kerap berdebar, teringat
suami lelah atau mengantuk. Kadang jurang yang terbentang di kanan kiri jalan, bikin hati diserang takut. Belum lagi kalau jalan gelap tidak berlampu. Alhasil
saya komat-kamit melulu baca doa. Istirahat? Belum tentu ada penginapan yang
kosong atau layak saat malam tiba. Kami pernah menginap di dalam mobil karena
tidak dapat penginapan! Perjuangan mudik tahun lalu rasanya tidak sia-sia bila
mengingat akhirnya kami bisa silaturahim ke orangtua. Tambahan pula ternyata tahun
ini kami tidak bisa mudik sama sekali gara-gara pandemi.
![]() |
Kenang-kenangan mudik ke Medan tahun lalu |
Pandemi Covid-19 membuat saya banyak menabung syukur. Saya
diberi waktu bermuhasabah bahwa silaturahmi itu indah. Betapa berharganya makna
keluarga dan handai tolan. Alhamdulillah, meski pandemi, #SilaturahmiSetiapHari
tetap terjaga. Berkat paket Freedom Kuota Harian IM3 Ooredoo, jarak bukan lagi kendala. Hanya dengan 1 GB, saya
bisa tadarusan bersama ibu-ibu via grup media sosial. Niat one day one juz insya Allah terlaksana. Hanya dengan 1 GB, saya
bisa bukber online teman-teman
blogger. Mungkin bakal seru kalau ceritanya nanti ditulis di blog ha-ha! Hanya
dengan 1 GB, saya bisa video call
dengan orangtua dan keluarga besar. Kok ya jadi ngikik-ngikik geli melihat rambut
bapak-bapak yang mulai berkibar.
![]() |
Tahun ini silaturahmi virtual saja, ya |
Pandemi tidak menghalangi IM3 Ooredoo menciptakan karya
kolaborasi bareng empat musisi; Baskara Putra (Hindia), Kunto Aji, Yura Yunita,
dan Sal Priadi. Unik, syuting dilakukan dari rumah masing-masing. Lahirnya lagu
“Ramai Sepi Bersama” jadi penyemangat sekaligus pengingat bahwa apa pun yang
terjadi, tidak ada yang lebih penting daripada silaturahmi. Duh, saya sudah beberapa
kali menonton videonya, tapi mata tetap berkaca-kaca. Liriknya bikin hati
sendu. Salut dengan IM3 Ooredoo yang menginisiasi kolaborasi empat musisi hebat
ini. Kami-kami berasa tidak sendiri menghadapi pandemi.
Ramadhan tahun ini memang pelik. Kita sedang ditempa
habis-habisan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dan lagi. Insya Allah
kita bisa. Semoga pandemi lekas berlalu. “Apa pun yang terjadi, tidak apa ....”
[] Haya Aliya Zaki
Tahun ini, Ramadan yang spesial banget ya, Mak. Spesial karena ngajinya Live dari facebook atau dari Youtube. Setoran hapalannya juga online, dari whatsapp. Semua serba online karena lagi pandemi. Sampe sedih aja, ngebayangin jalin silaturahim secara online karena enggak bisa mudik. Tapi, semoga aja nanti enggak nambah sedih karena jaringan internet yang lambat. Alhamdulillah di tempatku sinyal indosat bagus dapetnya. Jadi optimis sampai lebaran.
BalasHapus