Ketika kita sedang berbahagia, biasanya kita tidak
bertanya, “Kenapa saya?” Akan tetapi, ketika kita sedang bersedih, kenapa kita
selalu bertanya, “Kenapa saya?”
Pada suatu masa, dua kalimat di atas diucapkan adik saya
dan sukses membuat saya merenung. Kalimat itu kembali teringat pada hari Minggu
lalu, hari ketiga IMBEX 2018. Begitu sampai, saya mampir ke booth PT. Cordlife Persada (Cordlife) sebentar.
Rencananya jelang siang Cordlife mengadakan talkshow Deteksi Dini Kelainan Kromosom
dan Pengasuhan Anak dengan Sindrom Down di panggung IMBEX hall B JCC
Senayan Jakarta (2/12).
PT. Cordlife Persada merupakan anak perusahaan Cordlife Group Ltd. Singapore yang fokus pada penyedia layanan kesehatan ibu dan anak. Cordlife hadir di Indonesia pada tahun 2001.
Saya pribadi pernah mendengar tentang sindrom Down (Down
syndrome) dan pastinya Teman-teman juga, ya. Hanya, lebih detail tentang
sindrom Down, saya juga pengin tahu. Berbagai pertanyaan berkelebat di kepala.
Apakah sindrom Down bersifat genetik? Siapa saja yang terkena? Adakah
pencegahannya? Well, mungkin kita bisa mendapatkan infonya by googling, namun
kali ini saya beruntung mendapatkannya langsung dari pakarnya, yakni Ibu dr. Meriana Virtin (Medical Advisor
Cordlife). Kapan lagi yekan, alhamdulillah gratis pula.
Sebelumnya kita perlu tahu, apa sih
kromosom itu? Kromosom semacam bank data
dalam tubuh kita. Kita berambut hitam atau pirang, bermata cokelat atau biru,
dan apakah fungsi tubuh berjalan sebagaimana mestinya, ini semua tergantung pada
kromosom.
Lazimnya manusia memiliki total
46 kromosom,
yakni 23 kromosom dari ayah dan 23 kromosom dari ibu. Anak-anak yang jumlah
kromosomnya kurang atau lebih dari 46, atau jumlah kromosom mereka memang 46,
tapi ada bagian dari kromosom tersebut yang hilang, disebut sebagai anak-anak yang
terlahir memiliki kelainan kromosom atau sindrom Down.
![]() |
Anak sindrom Down |
Sayangnya tidak
ada pencegahan untuk kasus sindrom Down. Tidak ada pantangan makanan, pantangan
obat, ataupun pantangan aktivitas yang khusus bagi ibu hamil. Soalnya, penyebab
sindrom Down sendiri belum diketahui. Penyakit ini bukan penyakit keturunan. Bukan
salah ayah bukan pula salah ibu. Penelitian menyebutkan bahwa ibu hamil dengan
risiko tinggi (berusia di atas 35 tahun) punya peluang lebih besar mengandung
janin sindrom Down, yakni 1:350 bayi.
Sindrom Down tidak diketahui penyebabnya dan tidak bisa dicegah, so, what should we do? Lakukan skrining Non Invasive Prenatal Testing (NIPT).
NIPT ini tes untuk mengetahui kelainan kromosom bawaan pada bayi (terutama kelainan kromosom trisomi 21, trisomi 18, dan trisomi 13) yang dilakukan sejak kehamilan berusia 10 minggu (trimester awal). Hasilnya 99% akurat. NIPT bisa dilakukan di Cordlife.
Jadi, Cordlife bukan cuma menyediakan jasa penyimpanan
darah tali pusat dan membran tali pusat, melainkan menyediakan tes untuk
mengetahui kelainan kromosom bawaan pada bayi juga.
Btw, kenapa disebut NIPT disebut non invasive? Non invasive artinya tidak ada usaha
ekstrem dari praktik NIPT untuk memasuki wilayah tubuh tertentu. Tidak ada
cungkal cungkil atau suntak suntik gimana-gimana yang membahayakan ibu dan
janin. Sampel yang diambil cuma satu tabung kecil darah ibu. Hasilnya bisa
diketahui dalam 14 hari kerja.
Tujuan utama melakukan NIPT adalah untuk memastikan apakah kehamilan aman. Jika hasil NIPT positif (janin sindrom Down), orangtua bisa mempersiapkan mental sejak dini. Persiapan mental ini penting banget untuk mengurangi rasa kepanikan dan ketakutan orangtua begitu melihat kondisi bayi mereka setelah lahir.
Selanjutnya, persiapan fasilitas kesehatan. Anak sindrom Down memiliki masalah kesehatan karena kelainan kromosom mengganggu fungsi organ tubuh seperti jantung, ginjal, indra penglihat, dll. Kalau semua dipersiapkan, anak sindrom Down insya Allah berusia lebih panjang. Orangtua sila konsultasi intens dengan obgyn dan dokter anak.
Di acara juga hadir Ibu Maya Olivia S perwakilan dari Persatuan
Orang Tua Anak Down Syndrome (Potads). Komunitas ini lahir berkat rasa
senasib seperjuangan orangtua dengan anak sindrom Down di seluruh Indonesia
bahkan dunia. Pada tahun 2000-an info tentang sindrom Down masih sulit didapat.
Di Potads, para orangtua saling menguatkan, saling berbagi, dan saling upgrade
ilmu segala sesuatu tentang sindrom Down. Ibu Maya tergerak membantu mengurus
Potads karena anak sulungnya yang berusia 19 tahun mengalami sindrom Down.
![]() |
Talkshow tentang anak dengan kelainan kromosom bersama Cordlife |
“Sembilan belas tahun yang lalu ketika anak saya lahir,
saya sama sekali buta apa itu sindrom Down. Cari-cari di internet, infonya
sangat rumit dicerna. Untuk alasan inilah Potads ada,” kata Ibu Maya. Pada
tahun 2013 Ibu Maya menulis buku berjudul Cahaya
Hidup, buku yang berkisah tentang pengalamannya mengasuh dan membimbing
anak sindrom Down.
Demi mendukung potensi anak-anak sindrom Down, Potads
menciptakan Rumah Ceria. Aneka kegiatan positif diadakan di sana seperti kelas
musik, kelas masak, kelas art & craft, kelas berenang, dll setiap hari
Senin–Sabtu. Terbukti anak sindrom Down bisa mandiri dan berkarya jika mereka
dibekali pengetahuan dan keterampilan.
Selain ibu Maya, ada Ibu Maylani Wiaji (klien Cordlife) yang sharing melalui videotron
tentang memiliki anak sindrom Down. Ibu Maylani tidak menyangka hal ini terjadi
padanya. Awalnya ada denial dan ketakutan tidak bisa mengasuh anak sindrom
Down. Lambat laun Ibu Maylani menyadari tanggung jawabnya sebagai orangtua. Dia
memulai rutinitas memeriksakan kesehatan dan terapi untuk anaknya. Dianugerahi
anak sindrom Down, bukanlah akhir dunia. Anak sindrom Down adalah amanah
spesial dari Tuhan. Jangan sampai disia-siakan. Pada akhirnya, anak kita
bagaimana pun kondisinya akan menjadi berkah dalam kehidupan kita.
![]() |
Ibu Meriana Virtin dari Cordlife (kiri) dan Ibu Maya Olivia S dari Potads |
![]() |
Foto bersama sebelum pulang |
Hari Minggu lalu saya belajar banyak dari ibu-ibu luar
biasa. Saya pikir, saya cuma akan mendapat wawasan tentang sindrom Down di
acara ini, tapi ternyata tidak. Sharing Ibu Maya dan Ibu Maylani sungguh
menyentuh. Rasa haru, semangat, dan cinta kasih memeluk kami. Tanpa terasa,
kristal bening jatuh di pelupuk mata. Kita sebagai orangtua sering merasa
kitalah makhluk yang paling tahu dan pengin mengajari anak ini itu, namun
sesungguhnya anak-anaklah guru kehidupan kita. Bersedih boleh, bangkit jangan
lupa. Lebih baik memikirkan masa depan anak sindrom Down daripada terus-menerus
menggugat keputusan Tuhan.
Bagi Teman-teman yang sedang hamil, yuk, lakukan skrining
NIPT di Cordlife untuk memastikan kehamilan kalian aman. Satu lagi, jika kita gercep
mengetahui janin sindrom Down, kita bisa mencari info cara mengoptimalkan potensi
anak sindrom Down. Sila hubungi Cordlife untuk konsultasi soal skrining NIPT. Sehat dan lancar semua sampai persalinan kalian
nanti, ya! :) [] Haya Aliya Zaki
Aku ingat saat hamil di Australia lakukan test ini mba.. juga pas di Geneve. Selalu berdoa agar anak-anak lahir sehat tak kurang suatu apapun.. tapi jika dikaruniai anak sindrom down kita juga harus siap
BalasHapusBetul, Mbak. Tes ini dilakukan untuk mendukung persiapan itu. :)
HapusHuwaaa bagus sekali. Kak, untuk memahami diri sendiri dalam memilih topik yang cocok untuk membuat blog kita bagaimana caranya ? Saya sudah membuat blog tapi masih belum menggunakan topik yang spesifik. Tolong masukan kakak. Terima kasih
BalasHapusKeep blogging. Tulis dan bahas apa pun yang kamu suka dan kamu tahu. Pada akhirnya, kamu akan "nyangkut" di satu atau dua niche. Tapi, kalau tidak pun, blogging tentang banyak hal bukan sesuatu yang haram, kok.
Hapus