Bulan
Agustus lalu waktu ke Singapura, saya dan anak-anak terkagum-kagum melihat
robot lucu yang bisa vakum lantai di Bandara Internasional Changi. Pada
praktiknya, robot diciptakan untuk membantu pekerjaan manusia baik di bawah
pengawasan manusia maupun menggunakan program yang telah didefinisikan terlebih
dahulu (kecerdasan buatan). Gimana di Indonesia? Ya, mau tidak mau, Indonesia harus
siap memasuki era industri 4.0, yakni industri di mana terjadi kolaborasi
antara kegiatan fisik dan kegiatan cyber.
Olimpiade Robotika 2018
Hari Minggu lalu (23/9), saya dan
kawan-kawan blogger diundang untuk menghadiri acara Olimpiade Robotika SINDO 2018 di Kuningan City Mall, Jakarta. Olimpiade
Robotika SINDO 2018 merupakan acara tahunan dan ini kali ketiga diadakan. Setiap
tahun pesertanya terus bertambah.
Luar biasa, tempo hari Kuningan City Mall rameee sama
anak-anak! Mereka tampak antusias. Bapak Andhika
Prastawa (Deputi Kepala BBPT bidang Teknologi Informatika dan Energi) dan
Bapak Dr. Khamim M.Pd (Direktur
Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan), mewakili Bapak Prof. Dr.
Muhadjir Effendy M.A.P (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI), turut hadir.
“Anak-anaklah yang bakal memimpin negara kita di masa 30
tahun mendatang. Mereka harus kreatif, imajinatif, percaya diri, sportif, dan
fokus. Olimpiade Robotika salah satu acara yang tepat untuk memupuk itu semua.
Sesuai ajaran dalam Alquran juga, didiklah anak-anak sesuai zamannya,“ Bapak
Khamim menyampaikan kata sambutannya.
Olimpiade Robotika SINDO 2018 didukung penuh oleh PT. Asuransi Jiwa Generali Indonesia
(Generali) dan bekerja sama dengan Robotik Explorer dan Sindo Media. Generali terlibat aktif
sejak roadshow dari sekolah ke sekolah hingga babak final yang diadakan di
Kuningan City Mall. Acara yang diikuti oleh 250 Sekolah Dasar kelas 4–6 di
Jakarta ini bertujuan mengasah kreativitas anak bangsa di dunia sains,
khususnya robotika. Jadi, mereka bukan hanya berkutat di teori, melainkan juga
ikut menciptakan robot yang aplikatif. Keren, ya!
![]() |
![]() |
Olimpiade Robotika SINDO 2018 |
Generali Indonesia
Generali Indonesia bagian dari Generali Group, sebuah perusahaan dari Italia yang berdiri sejak tahun 1831 (187 tahun). Itulah sebabnya iklan Generali di teve kelihatan Italiano banget haha. Di Indonesia sendiri usia Generali sudah 10 tahun. Generali melindungi 55 juta nasabah di dunia dan 100 ribu nasabah di Indonesia.
Ibu Vivin Arbianti
Gautama (Chief Marketing and Customer Generali Indonesia) berkata bahwa
Olimpiade Robotika merupakan alternatif kegiatan anak supaya sehari-hari anak
tidak terlalu sibuk bermain gadget. Generali berjanji akan mendukung aneka
kegiatan positif lainnya. Bulan November 2019, Generali mendukung acara maraton
internasional yang bekerja sama dengan Kompas.
Talkshow bersama Intan Erlita, M. Psi
Seperti yang sudah saya mention di
atas, di dalam Alquran disebutkan, anak harus dididik sesuai zamannya. Apakah
make sense kalau zaman sekarang kita melarang anak bermain media sosial?
Sepertinya tidak, ya. Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai orangtua?
Kontrol.
Tepatnya mengontrol seperti apa? Topik
ini akan dibahas oleh Mbak Intan Erlita,
M.Psi (psikolog dan artis). Mbak Intan ibu dari 4 orang anak. Dulu beliau idealis, melarang anak-anaknya bermain media
sosial, bahkan gadget pun tidak boleh. Namun, prinsip Mbak Intan goyah ketika
pihak sekolah mewajibkan anak-anaknya menggunakan iPad untuk membantu aktivitas
belajar di sekolah. Nah, lho. Gimana, nih?
Akhirnya, Mbak Intan mencoba
berdamai. Kudu jadi orangtua asyik untuk bisa melebur dalam dunia anak.
Jangankan anak-anak, kita aja suka sama media sosial. Betol? Media sosial jadi
wadah untuk mengekspresikan diri, bahkan jadi mata pencaharian. Jangankan
anak-anak yang masih butuh aktualisasi diri, orangtua aja ketagihan main media
sosial. Sehari enggak posting, rasanya hampa. Hari ini dapat 100 likes, besok
berusaha dapat 150 likes, dst.
Bu Vivin sebelas dua belas dengan
Mbak Intan. Anak tidak bisa dilepaskan dari benda kekinian, gadget. Anak Bu
Vivin menggunakan gadget untuk membantunya berlatih paduan suara seperti
mengambil video ketika tampil, mendengar ulang rekaman suara, dll.
Tip aman bermedia sosial untuk anak
Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa kecanduan
bermedia sosial hampir sama parahnya dengan kecanduan narkoba. Bahaya! Jangan sampai
anak kita menjadi korban. Berikut beberapa tip untuk orangtua agar anak aman
bermedia sosial.
1.
jaga kedekatan dengan anak
Anak yang kurang perhatian di rumah,
biasanya melakukan pelampiasan di media sosial. Lagi senang, marah, galau,
semua dijembrengin di media sosial. Anak senang ketika mendapat banyak komen
dan like, tapi sebenarnya hidup mereka kosong hiks! So, buat orangtua, beri
perhatian kepada anak supaya anak tidak mencarinya di luar. Anak pengin cerita,
dengarkan. Anak berprestasi, beri apresiasi. Anak punya masalah, bantu cari
solusi.
2.
tidak menghakimi
Hindari menghakimi anak ketika
mereka mau membuat akun media sosial. Mungkin di depan kita mereka bilang iya, tapi di belakang? Mereka bisa
membuat akun dengan nama lain atau akunnya dikunci sekalian. Apa daya kita melacak?
Beri anak kepercayaan dan sampaikan keinginan kita dengan
bahasa yang baik. “Kamu boleh bikin akun, tapi Mama jadi follower kamu, ya?”
atau “ Kamu boleh bikin akun, tapi janji nilai sekolah harus bagus, oke?”
3. pegang
password media sosial anak
Meski kita memberi kepercayaan kepada anak,
kita tetap mesti tahu password akun media sosial mereka. Pantau tanpa melanggar
etika. Soal etika, kita bahas di poin berikutnya.
4.
jaga etika
Nah, etika yang seperti apa? Tidak langsung jeplak di
postingan anak, tidak langsung menghapus konten yang tidak kita suka tanpa
memberi tahu anak, kira-kira seperti itu. Kalau menurut kita, konten yang
dishare kurang pantas, kita bisa mendiskusikannya dengan anak, bukan main langsung
komen aja. Minta mereka sendiri yang menghapus konten tersebut. Dengan begini,
kita memberi contoh bahwa kita tidak menyerobot hak mereka meskipun kita punya
power untuk itu.
5.
share konten positif
Arahkan anak share konten hobi, prestasi, dan sejenisnya di media sosial. Siapa tahu konten ini membantu, bahkan menginspirasi orang lain. Beri pengertian untuk tidak share hal-hal pribadi ke publik. Satu lagi, arahkan anak untuk tidak share hate speech. Ada UU ITE yang bisa menjerat mereka.
6.
latih konsentrasi dan kesabaran
Segala sesuatu yang ada di dunia
maya seringnya bersifat instan. Anak jadi pengin yang serba-cepat dan serba-mudah.
Sekali-sekali coba lakukan aktivitas yang laian daripada yang lain seperti mewarnai
manual atau menulis tangan bareng anak. Cara ini cukup efektif melatih
konsentrasi dan kesabaran anak.
7.
makan malam sama-sama
Tidak perlu makan malam sama-sama setiap
hari, seminggu sekali juga boleh. Ketika makan, taruh gadget. Ngobrol, ngobrol,
ngobrol. Inilah dunia nyata, ngobrol sambil bertatap muka. Anak belajar untuk
terbuka kepada orangtua.
8.
waspada cyber bullying
Waktu sekolah, saya beberapa kali
di-bully sama teman sekelas. Saya bisa lapor ke Mama dan ibu guru. Sekarang?
Bully gencar terjadi di media sosial dan kita tidak tahu siapa pelakunya karena
si pelaku menggunakan fake account. Bisa aja pelakunya adalah teman yang kita
anggap baik. Seram, kan? Kita harus melindungi anak-anak kita dari hal ini.
![]() |
Talkshow bersama psikolog Intan Erlita |
Manfaat internet
Internet ibarat dua mata pisau, ada
sisi positif dan sisi negatif. Semua tergantung kepada kita. Kita bisa
menunjukkan dan mengajarkan kepada anak cara memanfaatkannya.
1.
melatih empati
Ajak anak melakukan kebaikan melalui
media sosial, misal memberikan donasi untuk korban bencana Lombok, ikut aksi
Mukena Bersih, dll.
2.
mencari ilmu
Zaman dulu tuh kalau butuh info, saya akan mencarinya di
koran atau majalah. Artikel digunting, terus dikliping. Anak zaman sekarang
tidak mengalami hal ini. Mereka bisa langsung searching di Google. Anak Mbak
Intan bisa bahasa Korea hanya dengan belajar dari Google dan media sosial.
3.
memperluas pertemanan
Ragam komunitas tersebar di media
sosial. Silakan pilih sesuai minat dan kebutuhan.
4.
ladang rezeki
Udah tahu kan berapa tarif para
selebgram sekali posting? Beryuta-yutaaa. Kerjanya bisa dilakukan dari rumah
pula. Bolehlah peluang ini dilirik.
Pastinya kita pengin yang terbaik untuk anak dari urusan kesehatan, pendidikan, dst. Bu Vivin menganjurkan kita mempersiapkan masa depan dengan membuat asuransi. Berapa pun itu, mulai dari sekarang. Kita tidak tahu kapan musibah datang.
Asuransi menjadi semacam proteksi yang membantu memastikan kualitas hidup keluarga tetap terjaga sekalipun ada risiko kemalangan.
Btw, di acara, saya kenalan sama
Beauty, robot cantik asal Tiongkok. Sebenarnya kalau di Tiongkok, Beauty
termasuk robot kuno. Tugasnya mengantarkan makanan dari meja yang satu ke meja
yang lain di restoran. Saya juga kenalan sama Nau, robot pintar asal Perancis.
Nau menguasai 40 bahasa. Harganya sekitar Rp400 jutaan. Kini Nau dibeli oleh
perusahaan Jepang untuk dijadikan bahan penelitian.
![]() |
Beauty membantu membawakan hadiah |
![]() |
Nau, robot pintar asal Perancis |
Ada 25 juta siswa Sekolah Dasar di Indonesia. Mudahan-mudahan
ke depannya Olimpiade Robotika bisa diadakan secara nasional, bukan cuma di
Jakarta, ya. Semakin banyak stakeholder yang terlibat tentu semakin baik. Selamat
buat adik-adik! Bidang ini bukan untuk anak laki-laki doang. Anak perempuan
juga hayuk! Harapannya, Indonesia bisa menjadi pemain utama di dunia robotika.
Jangan mau kalah sama negara-negara lain! [] Haya Aliya Zaki
ada robot yang bisa nyetrika sendiri ga ya? aku mau pesen mbak :-D
BalasHapusWah, semoga ada, ya. Aku juga mau hihi.
Hapus