Siapa sih yang enggak gemes
melihat anak yang pipinya gembil dan badannya gempal? Kalau berjalan, lemak di
tubuh mereka sampai bergetar-getar. Pasti rasanya pengin kita cubit-cubut
melulu! Dalam hati mungkin kita berdoa, suatu saat pengin punya anak gendut. Tapiii, tapiii, tunggu dulu!
Apakah anak-anak yang kondisinya seperti ini baik dari sisi kesehatan? Jika dibiarkan tetap gendut, anak bisa mengalami obesitas.
Fyi, obesitas (obes) pada anak merupakan suatu hal yang serius. Bertahun-tahun silam sekitar 2% anak-anak mengalami obes. Sekarang? Jumlahnya naik menjadi 16,5%. Anak obes rentan penyakit, padahal anak adalah aset besar bangsa kita untuk 15–20 tahun yang akan datang. Apa jadinya kalau negeri kita punya generasi penerus yang sakit-sakitan?
Maka dari itu, dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional, RS Royal Progress Jakarta Utara berinisiatif mengadakan talkshow bertema Obesitas pada Anak di Up In Smoke Restaurant, Kuningan, Jakarta (3/8).
![]() |
Pak Adithia Budhi, Marketing and Sales Director RS Royal Progress |
![]() |
Suasana talkshow Obesitas pada Anak |
![]() |
Saya dkk blogger cek tensi dan gula darah sebelum acara |
![]() |
Alhamdulillah normal! :)) |
RS Royal Progress Jakarta Utara
Oke,
sebelum membahas tentang anak obes, saya akan mengulas secara singkat profil RS Royal
Progress. Rumah sakit yang berlokasi di daerah Sunter, Jakarta Utara, ini sudah
berdiri sejak tahun 1990, lho. RS Royal Progress punya klinik untuk perempuan, klinik
kecantikan, klinik untuk anak, klinik untuk anak-anak berkebutuhan khusus, klinik
hemodialisa, klinik untuk cedera olahraga (Royal Sports Medicine), klinik mata,
klinik untuk mengecek gangguan tidur (Royal Sleep Institute), dll. Teman-teman
yang sering insomnia bisa check up di sini hehe. Sejak tahun lalu, RS Royal Progress merupakan official medical partner timnas PSSI dan atlet-atlet basket.
Obesitas pada anak
Obesitas pada anak adalah
suatu keadaan di mana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan sehingga
berat badan anak jauh di atas normal. Ciri-ciri anak obes sbb: pipi tembam,
dagu rangkap, perut buncit, kaki pendek berbentuk X, dan lemak di tubuh tampak berlipat-lipat.
Penyebabnya, energi yang masuk lebih besar daripada energi yang keluar. Pola
makan tidak seimbang dengan aktivitas fisik. You know, zaman sekarang anak-anak
lebih tertarik duduk main games soccer di gadget dibandingkan main bola beneran
di lapangan.
Menurut Ibu dr. Lucie Permana Sari, SP.A., kondisi
obes juga disebabkan oleh faktor genetik. Biasanya orangtua yang obes akan
punya anak-anak yang obes juga. Ya iyalaaah kalau orangtua setiap hari makan junk
food, otomatis anak-anaknya meniru taiye. Mission impossible anak-anak hobi
makan sayur dan buah kalau orangtuanya setiap hari makan junk food.
Anak obes berisiko terkena sesak napas, terjadi penumpukan lemak di hati dan pembuluh darah, pubertas dini, tapak kaki rata, pertumbuhan tulang tidak optimal, dan masalah interaksi sosial. Duh, kasihan, ya.
Btw,
saya benar-benar baru tahu, anak obes rentan patah tulang (fraktur) atau geser
tulang karena tulang tidak sanggup menyangga beban tubuh. Hati-hati, soalnya kata
Ibu Dr. dr. I. Rika Haryono, Sp.Ko.,
pernah kejadian waktu anak obes lari-lari, kemudian tersandung, kakinya
patah.
Pencegahan dan pengobatan obesitas pada anak
Kita
sebagai orangtua punya peran besar untuk mencegah dan mengobati anak obes.
Ganti camilan gorengan dengan sayur dan buah. Hindari perilaku makan sambil
menonton teve, main komputer, dan gadget.
Lakukan aktivitas fisik
minimal satu jam lima kali dalam seminggu. Latihan fisik juga jangan langsung yang
berat-berat ya, Teman-teman. Anak obes mudah cedera. Jalan kaki, berenang, main
sepeda, itu boleh. Intinya lebih ke bermain,
bukan olahraga. Seiring berjalannya
waktu, level latihan fisik bisa dinaikkan sedikit-sedikit.
Baca juga: Hari Obesitas Sedunia: Cegah dan Kendalikan Obesitas pada Anak
Baca juga: Hari Obesitas Sedunia: Cegah dan Kendalikan Obesitas pada Anak
Masalah interaksi sosial pada anak yang obesitas
Tadi
saya sudah menyebutkan bahwa anak obes berisiko memiliki masalah dalam
interaksi sosial mereka. Maksudnya gimana, nih? Jadi, anak-anak yang obes ini
sering di-bully oleh teman-temannya. Obes bukan cuma mempengaruhi fisik,
melainkan juga psikis mereka. Mereka merasa berbeda. Mereka tidak percaya diri
dan merasa tidak berharga. Sedih, gugup, cemas, marah, stres, akan dialami,
terutama pada anak perempuan. Pola belajar pun terganggu. Orangtua, lingkungan
sekolah, dan masyarakat berperan membentuk gangguan sosial emosi anak obes.
![]() |
Narsum acara |
![]() |
Demo masak |
![]() |
Hmmm ... sedaaappp! |
Ibu Nadia Rachman, M. Psi, Psikolog memberi saran kepada orangtua,
khususnya, untuk mendekatkan diri dan menyelami perasaan anak. Puji anak ketika
melakukan hal-hal positif, even itu hal kecil seperti membereskan tempat tidur
atau menaruh sepatu di tempatnya. Ajak anak untuk mengikuti aktivitas dan lomba
yang mereka suka. Ini dapat meningkatkan kepercayaan diri anak, selain kita
juga terus berusaha untuk mengubah gaya hidup mereka menjadi lebih sehat.
Akur? Informasi lebih lanjut soal anak obes dan medical check up bisa ke RS Royal Progress, ya.
Beda dengan talkshow kesehatan lainnya, di talkshow kali ini saya dkk blogger diajak untuk mengikuti demo masak bersama Chef Ferdy. Kami belajar membuat menu vegan yang sehat untuk anak. Seru dan enak pastinya. Saya aja doyan, apalagi anak-anak haha. Nah, teman-teman punya pengalaman
atau cerita seputar anak obes? Apa yang kalian lakukan untuk mencegah atau
mengobati? Yuk, share di sini! [] Haya
Aliya Zaki
Foto-foto milik Dear Blogger Net
Wah anak saya kira2 masuk obesitas ga yah, hiks sudah sedih deh. Harus dari sekarang nih memperhatikan ini, makasih banyak mbak Haya informasinya.
BalasHapusIya, sama-sama. Boleh cek ke ahli gizi apakah masuk ke gemuk, obesitas 1, atau obesitas 2.
HapusGemuk belum tentu obesitas, tapi obesitas sudah pasti gemukkk. Yekann
BalasHapusIyaaa tapi kalau gemuk terus, takutnya lama-lama juga bisa naik level jadi obesitas yekaaan. 😁
HapusMbak Haya masih bisa senyam senyum nih sebelum cek tensi. Aku mah setreeees hahahaha.
BalasHapusDulu aku seneng banget liat Wawa gembil. Sekarang agak agak gimanaaa gichu, gak ngurangin makannya sih soalnya masih masa pertumbuhan, cuma perlu diperbanyak lagi aja aktvitas fisiknya ya
BalasHapus