Beberapa hari yang lalu saya membaca status Facebook teman
saya, Mbak Srijembarrahayu Suwanto (Rahayu), tentang broadcast WhatsApp yang beliau
terima. Sebuah broadcast berisi info promo tiket maskapai dalam rangka ulang tahun
maskapai tersebut. Mbak Rahayu diminta menjawab 4 pertanyaan, kemudian lanjut broadcast
WhatsApp kepada 20 orang. Hmmm, sounds weird, ya? Setelah cek dan ricek, Mbak
Rahayu memastikan bahwa broadcast promo itu hoax. Beliau share di
Facebook supaya teman-teman tidak tertipu. Good job, Mbak!
Menurut Oxford English Dictionary, hoax (dibaca: hoks, bukan ho-aks) adalah kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat.
Sebagian orang memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan
berita hoax. Masyarakat jadi saling membenci, apalagi kalau sudah
dikait-kaitkan dengan politik. Kadang nyawa jadi taruhan. Parahnya,
berita hoax lama bisa terangkat lagi dan lagi terutama via broadcast WhatsApp atau
Line. Jelas ini meresahkan banget!
Bukan cuma saya yang resah. Beberapa hari lalu Polda Metro Jaya
mengundang blogger untuk menghadiri acara Coffee
Morning Kapolda Metro Jaya Bersama
Netizen di Gedung Promoter, Polda Metro Jaya, Jl. Sudirman Jakarta (9/5). Inspektur Pengawasan Daerah (Irwasda) Polda Metro Jaya Kombes Komarul Zaman
mewakili Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Idham Aziz, mengatakan bahwa kita dikepung berita hoax dan hate speech dari berbagai penjuru. Beliau mengajak netizen yang aktif di media sosial untuk bersama-sama menyebarkan berita
baik. Ramaikan media sosial dengan konten positif.
![]() |
Kombes Komarul Zaman |
Btw, bertahun lalu, saya pernah ikut menyebarkan berita hoax.
Untungnya, seorang teman keras mengingatkan. Saya kapok. Berikut beberapa hal
yang saya lakukan dalam menyikapi sebuah berita.
1. Tidak mudah dikompori oleh judul berita
Judul jebakan betmen dibuat
dengan tujuan menarik minat (dan menyulut emosi pastinya bwekekek) netizen untuk klik. Maklumlah
hari gini media online cari duwid dengan berlomba-lomba mendapatkan views. Judul jebakan betmen biasanya
menyudutkan pihak tertentu, entah itu menyudutkan kubu A, kubu B, atau
kubu-kubu yang lucu (eh, itu mah kupu-kupu, ya).
Please, jangan langsung berkomentar marah memaki, lalu share berita
dengan nafsu menggebu. Malu Pak, Bu, kalau sampai kelakuan kita dilihat anak. Baca
teliti isi artikel! Perhatikan, sering kali maksud dari judul jebakan betmen berbeda dengan maksud isi artikelnya.
2. Gimana gaya bahasa media yang
menyebarkan berita?
Waspada sama media yang gaya
bahasanya melodramatis, bombastis, fantastis, dan tis-tis-tis lainnya. Semacam
gaya bahasa berlebihan ala koran lampu merah, kuning, ijo gitu.
3. Baca komentar!
Teman-teman sayang kuota untuk klik
berita? Coba, deh, baca komen-komennya dulu. Kalau sebagian besar netizen komen
ngamuk-ngamuk protes bahwa berita itu jebakan
betmen atau hoax, bisa jadi memang iya.
4. Cari info situs
Seandainya
kurang familiar dengan sebuah media yang menyebarkan berita, biasanya saya
mencoba mencari tahu jajaran redaksi dan laman About Us media tersebut. Redakturnya siapa aja? Mereka punya
profesi dan skill apa? Tercatat baikkah profil mereka di dunia maya? Apa visi
dan misi media mereka?
5. Cek dan ricek
Cek dan ricek seperti yang dilakukan
Mbak Rahayu di atas. Mbak Rahayu googling apakah benar maskapai tersebut ulang
tahun pada bulan Mei? Ternyata, tidak. Maskapai tersebut ulang tahun pada bulan
Januari. Situs resmi maskapai juga berbeda dengan yang disebarkan via WhatsApp.
Terus, foto juga sering disalahgunakan untuk
berita hoax. Ada orang-orang yang tidak datang ke TKP dan melakukan wawancara langsung,
seenaknya aja mencomot foto antah berantah untuk dimasukkan ke artikel mereka demi misi tertentu. Kalian bisa cek dan ricek
dengan cara klik kanan atas search Google image. Kalau foto tersebut muncul
dalam berita dengan topik berbeda, kemungkinan berita yang sedang kalian cek kebenarannya
adalah hoax.
Satu lagi, saya urung share berita
yang tidak mencantumkan nama penulisnya. Sering saya dapat berita broadcast dari grup sebelah, copas dari tetangga sebelah, dst. Kalau ternyata
beritanya hoax, saya yang share bisa ikut menanggung dosa. Berat ini.
Kalau dulu ada pepatah Mulutmu harimau, sekarang yang berlaku Jarimu harimaumu.
Dalam rangka menyejukkan media
sosial, Polda Metro Jaya menggelar lomba blog dan lomba vlog
#SebarkanBeritaBaik dengan tema Mari
Bersatu Menjaga NKRI. Hadiahnya sepeda motor, laptop, kamera, laptop, dan
ponsel. Periode lomba 9 Mei–22 Juni 2018. Pengumuman pemenang dilakukan tepat
pada HUT Bhayangkara, yakni 1 Juli 2018.
Sebagai ibu, saya merasa perlu cermat dalam menyikapi sebuah
berita. Jangan sampai kelak generasi saya jadi pelahap dan penyebar berita
hoax. Selain itu, sia-sia banget rasanya jika energi kita hari-hari dipakai
nyetatus konspirasi. Ngamuk-ngamuk di media sosial itu pakai energi, lho.
Mending energinya saya pakai untuk masak, menyikat kamar mandi, mencuci piring,
kelarin deadline, dll.
Teman-teman punya tip lain dalam menyikapi sebuah berita? Boleh
info di sini, yuk. Jangan lupa ikutan lomba blog dan lomba vlog #SebarkanBeritaBaik.
Oiya, pemenang utama juga berkesempatan meliput kegiatan Kapolda patroli udara naik
helikopter. Wuih, naik helikopter? Kayak apa rasanya, ya? Bakal jadi pengalaman
perdana yang luar biasa! Ayo, siapa mau? :) [] Haya Aliya Zaki
Kalo saya pribadi, lebih menjaga jempol agar tidak mudah share sebelum crosscheck
BalasHapusYap, mending tahan jempol kalau ragu sama kebenaran sebuah berita, Mbak.
HapusMempermainkan judul itu sangat penting. Dan saya sering bermain disitu ,dan pengunjungnya pun membludak. Karena sudah naluri, jika manusia itu lebih suka dengan berita yang kontra.
BalasHapusYang penting gak melakukan segala cara demi views. Bikin judul jebakan betmen itu sama dengan menipu dan gak ada orang yang suka ditipu. Bakal jadi apa hidup kita kalo diumpat dan disumpahin orang terus ya kan. :)
HapusKebetulan, beberapa orang di keluarga saya ada yang seperti itu Bunda. Pernah sih ada yang mengingatkan. Tapi ya, entahlah Bun. Mungkin masih belum ngeh fitur googling atau keterbatasan waktu untuk mencari lebih dalam lagi. Jadinya harus selalu diingatkan. Terima kasih Bunda atas pengingatnya :)
BalasHapusKatanya tantangan yang paling berat soal share dan broadcast berita ini adalah dari grup chat keluarga, Nadia. :)))) Sepertinya pengguna internet zaman old masih minim edukasi. Kalau Nadia mau sabar, mungkin bisa coba diingatkan terus merekanya. :)
HapusBetul banget Bunda. Grup chat keluarga itu bener-bener tumpah melimpah deh jarkoman seperti itu. Harus sabar-sabar :')
HapusYes, Nadia. Kayak bendungan jebol. :))))
Hapuscrosscheck kebenaran berita sangatlah penting,, karena broadcast itu penyebarannya massive sekali karena kemudahannya utk forward dan copy paste
BalasHapusBetul, Mas. Gampang banget berita hoax viral, ya. Serem.
Hapusbetul mbak, aku saja jd kebiasaan mmebuat status yang bermanfaat agar siswaku juga mengikuti jejakku
BalasHapusKeren, Mbak. Semoga siswa-siswi kita bisa mencontohnya.
HapusMaraknya berita yang mengadu domba masing-masing agama akhir-akhir ini bikin sedih banget buat ku mbak. Kenapa sih sebagian orang masih saja termakan berita yang asal usulnya belum jelas? Padahal sekarang sudah banyak informasi yang jelas yang bisa kita percaya tanpa harus mendengar hanya dari satu sebelah pihak.
BalasHapusPada gampang banget panas di medsos ya, Mal. Akhirnya kecepatan jempol lebih tinggi daripada kecepatan pikiran. Aku pun sedih baca status dan komentar negatif, termasuk yang milik teman-teman yang kuanggap dekat.
HapusEmang banyak banget berita hoax yang bertebaran di medsos atau jejaring chat ini. Kalau gak kita pinter-pinter milih berita, kita bisa jadi umpan manis dari si pembuat hoax untuk menyebarkan beritanya. So lebih bijak dalam bermedsos.
BalasHapus