Pemerintah kita tidak henti membuat gebrakan sepertinya,
ya. Kali ini yang disorot adalah keputusan pemerintah melalui Kementerian BUMN
dalam menerapkan holding BUMN (Badan
Usaha Milik Negara). Paling gres, pada tanggal 29 November lalu, Inalum
resmi ditunjuk sebagai induk usaha BUMN tambang. Inalum membawahi PT Aneka
Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk. Inalum pula memegang saham
minoritas Freeport yang sebelumnya ada di pemerintah langsung.
Kabarnya setelah holding BUMN tambang, pemerintah akan
menerapkan holding BUMN di 5 sektor lain, yakni minyak dan gas bumi,
infrastruktur, perbankan dan jasa keuangan, pangan, dan perumahan. Hmmm, dengar
info sana-sini, ada yang pro, ada yang kontra, dan ada pula yang belum mudeng
holding BUMN itu apa hehe.
.
Kami, blogger dan media, kembali diundang oleh Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) untuk mendengarkan penjelasan
seputar holding BUMN langsung dari ahlinya di Gedung Depan Kominfo RI, Jl.
Medan Merdeka Barat no. 9, Jakarta Pusat (5/12). Fyi, FMB9 merupakan forum
diskusi yang diinisiasi Kemkominfo yang rutin diadakan untuk membahas isu-isu
panas di media cetak, online, dan sosial. Saya buat dalam bentuk tanya jawab
supaya mudah dipahami.
Mikir cara mengolah hasil pertemuan di FMB9 untuk ditulis di blog haha |
Para narsum |
Apa itu holding
BUMN?
Holding BUMN adalah pembentukan induk usaha. BUMN dari
berbagai sektor tidak lagi jalan sendiri-sendiri, tapi bersinergi. Perusahaan
yang dulunya BUMN, kini menjadi anak perusahaan. Anak perusahaan holding BUMN
tetap diperlakukan sama dengan BUMN untuk hal-hal yang sifatnya strategis.
Menurut Mbak Wianda
Pusponegoro, Staf Khusus Menteri BUMN, dalam menerapkan holding BUMN,
pemerintah tetap dipandu oleh Trisakti dan Nawacita (kalau belum tahu Trisakti
dan Nawacita, sila googling). Btw, Mbak Wianda ini mantan presenter salah satu
televisi swasta. Teman-teman mungkin udah familiar sama wajah Mbak Wianda, ya.
Sekarang beliau aktif di kementerian.
Apa perlunya sih
holding BUMN?
Holding BUMN bertujuan untuk menjadikan BUMN kuat, besar,
dan lincah. Kinerja BUMN ditingkatkan untuk menarik investasi. BUMN bisa
mendapatkan modal secara mandiri, tidak perlu bersandar melulu pada pemerintah
(APBN).
Holding BUMN bukan sekadar mengejar keuntungan, melainkan
juga menjadi agen pembangunan nasional. Caranya, dengan bersinergi antara beberapa
BUMN tadi. BUMN itu milik rakyat dan tujuan akhirnya tentu untuk memberi
pelayanan optimal kepada masyarakat dalam jangka waktu lama.
Mbak Wianda memberi contoh sederhana dari holding BUMN
tambang. Mari kita lihat sisi SDM. SDM yang berkualitas dari masing-masing
perusahaan akan dirotasi secara merata. Jadi nanti ada saling tukar pengetahuan
skill, wawasan, dst di sana. Harapannya, kualitas SDM akan meningkat.
Inalum dan Antam bersinergi membangun pabrik Smelter
Grade Alumina (SGA) di Mempawah, Kalimantan Barat. Pembangunan SGA merupakan
program hilirisasi tambang untuk mengurangi ketergantungan impor alumina dan
menaikkan nilai tambah bauksit. Sinergi seperti ini membantu menghemat banyak
biaya, lho. Pengerjaan pun jadi lebih mudah. Ke depan bakal lebih banyak lagi
sinergi yang dilakukan.
Pastinya kita enggak mau dong cuma jadi pemain di negara
sendiri. Banyak BUMN besar di Singapura, Malaysia, dll yang udah punya market
di seluruh dunia. Kita pengin bangetlah bisa mengarah ke sana.
Ternyata holding
BUMN udah dijalankan sejak dulu
Holding BUMN semen sebenarnya udah berjalan sejak tahun
1994. Holding Semen Indonesia merupakan holding BUMN pertama di Indonesia. “Holding
Semen Indonesia terdiri atas Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa. Ketiganya
BUMN yang hebat. Berdasarkan pengalaman,
holdingisasi tidak menimbulkan kerugian, sebaliknya malah memberikan benefit
yang lebih besar pada negara,” kata Pak Agung Wiharto, Corporate Secretary PT Semen Indonesia.
Meski sama-sama milik pemerintah, Pak Agung mengakui
terjadi “perang” antar perusahaan semen. Kenapa? Wong beda manajemen,
beda RKAP, dan beda target. Daya saing menjadi lemah. Performa mereka
terombang-ambing, sementara perusahaan swasta tambah maju.
Inilah yang menjadi latar belakang holding BUMN Semen
Indonesia. Setelah bersinergi, mereka menjadi kuat. Mereka tidak perlu
membangun pabrik baru, tapi kapasitas produksi tetap meningkat. Efisiensi terjadi
di berbagai sisi seperti logistik, distribusi, dll. Tahun 2004 hasil terlihat
secara signifikan. Kalau kata Pak Agung,
kunci utamanya komunikasi, saling percaya, dan tidak mengedepankan ego + sentimen
lokal. Holding BUMN bisa berhasil. Pak Agung dkk telah membuktikannya. Catet!
Baca juga: Amankah Pembiayaan Infrastruktur Negara?
Gimana kontrol
negara?
Negara tetap memiliki kontrol terhadap anak perusahaan
holding BUMN. Sama aja seperti sebelum anak perusahaan menjadi anggota holding.
Kontrolnya itu baik secara langsung melalui saham dwi warna maupun tidak
langsung melalui PT Inalum (dalam hal ini holding BUMN tambang). Jangan
khawatir, hilangnya nama “Persero” tidak memberikan konsekuensi hilang juga
kontrol negara.
“Tidak benar jika kontrol negara kian berkurang. Soalnya, yang menjadi ‘cangkang’ holding ini adalah BUMN yang 100% dimiliki oleh negara. Sekarang ada 1 induk BUMN yang turut mengawasi BUMN-BUMN lain melakukan ekspansi secara terukur,” jelas Wianda Pusponegoro, Staf Khusus Menteri BUMN
Sekali lagi, holding BUMN bertujuan untuk menyejahterakan
masyarakat. Waktu untuk sukses memang tidak sebentar, namun bukan berarti mustahil diupayakan. Setelah ini holding BUMN sektor mana yang menyusul? Apakah sektor
minyak dan gas bumi? Apakah sektor keuangan dan jasa perbankan? Apakah sektor
perumahan? Kita belum tahu.
Oiya, kementerian BUMN dan BUMN membuka peluang
sebesar-besarnya untuk bekerja sama dengan pihak swasta. Yang penting win-win
dari segi modal, ilmu, teknologi, dll. Jangan kejadian seperti proyek tol
Becakayu yang mangkrak sampai 17 tahun. Dampak negatifnya banyak. Biaya terus
bertambah. Masyarakat juga dirugikan karena lalu lintas macet tak berkesudahan.
Capek deh. Izin proyek tol Becakayu dipegang oleh salah satu perusahaan swasta
dan sekarang terpaksa diambil alih oleh BUMN untuk diselesaikan.
Kalimat pamungkas dari Mbak Wianda, jelang Natal dan
Tahun Baru, BUMN harus lebih bersinergi. Misal, gimana PELNI memberikan
fasilitas angkut penumpang, gimana Pertamina menjamin ketersediaan BBM, gimana
Bulog menjamin pangannya, dst. Bersinergi.
Pertemuan di FMB9 kali ini menyimpan kesan tersendiri
untuk saya. Saya kagum sama Mbak Wianda. Materinya lengkap. Penyampaiannya
lugas dan cukup mudah dimengerti. Semoga semakin banyak perempuan di negeri
kita yang cakap dan duduk di pemerintahan (kementerian, lembaga, atau parlemen)
seperti Mbak Wianda. Teman-teman jangan mau kalah. Yuk, berkarya sesuai dengan
kapasitas dan bidang kita masing-masing. [] Haya Aliya Zaki
Mbaaaaa... Posenya.... hahaaaaa..... wuihhh.....
BalasHapusMenarik banget ya ngobrol soal BUMN ini. Rasanya-akhir-akhir ini muli terlihat BUMN kita ini makin berdaya. Senang melihat dinamikanya.