Teman-teman,
siapa yang belum kenal Giant? Bukan,
ini bukan Giant teman Nobi Nobita di serial kartun Doraemon. Ini Giant yang supermarket itu, lho. Giant yang merupakan
salah satu unit bisnis dari PT Hero
Supermarket Tbk (HERO Group). Hayooo mungkin hampir semua udah pernah
belanja di sini, ya?
Fyi, HERO Group pelopor retail modern di
Indonesia sejak tahun 1971. Hingga kini tercatat 57 gerai Giant Ekstra dan 108
gerai Giant Ekspres di seluruh Indonesia. Jadi ingat masa-masa kejayaan saya
waktu masih kerja jadi manajer apotek di Guardian. (((MASA KEJAYAAN))) Guardian
juga unit bisnis dari HERO Group.
![]() |
Pagi-pagi udah menclok di Giant CBD Bintaro, Tangerang |
Dalam rangka memperingati Hari Anak
Internasional, Giant mengadakan puncak acara GIANT Faunatic Drawing Competition berupa diskusi parenting tentang
gadget bersama Bu Elizabeth Santosa
(22/11) di Giant CBD Bintaro, Tangerang. Alhamdulillah, lokasinya cuma
selemparan batu dari rumah saya. Bu Lizzy, demikian panggilan akrab narsum,
psikolog pendidikan anak dan penulis buku Raising
Children in Digital Era. Sehari-harinya Bu Lizzy juga Komisioner Komnas
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Dijamin banyak wawasan yang bisa kita gali
mengingat beliau di KPAI divisi pengaduan.
G-A-D-G-E-T.
Gadget bisa dikatakan jadi “momok” untuk
kita para orangtua. Gimana enggak? Hampir semua anak, terutama yang tinggal di
ibu kota, demen abis main gadget. Dipikir-pikir, net-generation ini, kok,
beda sama kita dulu. Gara-gara gadget, mereka cenderung anti-sosial dan maunya
serba-instan. Tapi, kalau kata Bu Lizzy, semua generasi sama aja. Net-generation
punya karakteristik sendiri. Kita mungkin dilihat sebagai generasi yang buruk
juga oleh orangtua kita. Saya langsung ingat waktu remaja pernah ditinggal Abah kondangan gara-gara saya enggak nurut pakai baju pilihan beliau wekekek. Masalahnya hanyalah generasi terdahulu selalu sulit
memahami generasi setelahnya. Oke, semakin menarik diskusi kita. Seperti
biasa, isi diskusi saya tulis langsung dalam bentuk tanya jawab supaya lebih
mudah dipahami.
1. Kapan kita boleh mengenalkan gadget kepada anak?
Jawabannya, sedini mungkin. Ya, sedini
mungkin. Ingat, ini era digital, Teman-teman. Jangan sampai gadget jadi “produk
aneh” di mata anak. Kalau untuk punya medsos, anak berusia minimal 13 tahun.
2. Apa aja karakteristik dari net-generation?
Seperti
yang saya singgung di atas, net-generation punya karakteristik sendiri.
Anak-anak kita senang yang cepat dan serba-praktis. Mereka haus pengakuan,
terutama di medsos. Banyak maunya, pengin ini itu. Menurut Bu Lizzy, ini wajar
aja karena lingkungan yang membentuk mereka seperti itu. Kalau zaman dulu kita
enggak banyak mau bisa jadi karena kita memang enggak punya banyak pilihan hehe. Dan,
pastinya, net-generation senang sama teknologi.
![]() |
Bu Elizabeth Sentosa (Lizzy), psikolog pendidikan anak |
Jika kita ingin anak-anak mencintai proses, tidak terlalu haus pengakuan, dan kritis (alih-alih banyak mau), kitalah yang harus menjadi role model pertama buat mereka. Praktikkan secara konsisten nilai-nilai yang pengin kita tanamkan dari rumah. Salurkan kesukaan mereka akan teknologi pada jalur yang benar. Contoh, anak-anak zaman sekarang mudah belajar bahasa Inggris, tidak perlu kursus, cukup menonton gratis video-video di YouTube.
3. Apakah teknologi buruk?
Tidak.
Teknologi tidak buruk sama sekali. Justru teknologi bisa memudahkan urusan kita. Udah bukan rahasia lagi, Google sangat membantu kita. Pengin ajak anak traveling? Pengin bikin bekal sehat untuk anak? Pengin bikin aneka craft lucu? Tinggal googling untuk cari tahu. Manfaatkan!
4. Gimana seharusnya kita memberi batasan pemakaian
gadget kepada anak?
Kuncinya:
KESEIMBANGAN. Anak-anak tidak akan ketagihan main gadget asal ada kontrol waktu. Tunjukkan kepada mereka bahwa di
luar sana juga ada hal-hal yang sama atau bahkan melebihi indahnya gadget.
Sesekali ajak mereka main permainan jadoel seperti Othello, Monopoli, dll.
Buat peraturan bahwa mereka boleh main gadget jika tanggung jawab mereka udah
selesai. Tidak boleh main gadget jika kamar masih berantakan atau peer belum dikerjakan, misalnya.
Gimana dengan main games? Apakah boleh?
Jawabannya, boleh! Sama seperti film, games punya kode rating, antara lain
E = everyone (semua umur), C = Child (anak kecil), dan T = teen (remaja).
Berikan izin main sesuai dengan kategori usia mereka. Dampingi. Sekali lagi, perhatikan
kontrol waktu.
5. Kenapa anak-anak bisa jadi korban pelecehan
seksual di dunia maya?
Jarang sekali anak-anak mengalami musibah
karena murni kecelakaan. Hampir semua karena faktor KELALAIAN orangtua. Contoh,
hampir tidak ada penjahat yang sekonyong-konyong menculik. Iya, toh? Biasanya
mereka udah sekian waktu mengintai. Ketika anak jarang disupervisi, kurang
diperhatikan orangtua, dst, di situlah penjahat merasa punya kesempatan dan
melancarkan aksinya.
Baru-baru ini Bu Lizzy mendapat pengaduan
dari orangtua yang anaknya dicabuli. Ternyata, masalah ini udah terjadi berbulan-bulan.
Saran Bu Lizzy, simak indikasi sekecil apa pun, apakah itu perubahan tingkah
laku anak, perubahan fisik, dll.
6. Rutin periksa gadget anak
Ini
penting, tapi gimana mau meriksa kalau gadget anak pakai PIN? Gadget anak
pakai PIN mungkin karena mencontoh orangtuanya. Biar adil, gadget kita juga
tidak boleh pakai PIN, dong.
Saya
sebagai orangtua yang punya anak remaja laki-laki dan (agak-agak) ganteng (ehk), punya
kerepotan lain huehue. Anak saya sering mendapat kiriman chat Line dari adik
kelas atau teman sekelasnya yang sekadar menyapa (bolak-balik), pengin curhat, ngajak
jalan-jalan, dll. Lha, saya yang membaca jadi kesal!
“Biarkan
anak Ibu menanggapi chat teman-temannya dengan sopan dan usah memberikan
perhatian lebih jika memang anak Ibu tidak suka. Ibu tidak boleh membalas
langsung chat itu karena akan menjatuhkan wibawa anak Ibu dan membuatnya malu
di hadapan teman-temannya. Inilah risiko punya anak remaja di era digital,”
saran Bu Lizzy bijak. Hmmm, baiklah, saya akan berusaha walaupun rasanya geregetan luar biasa huaaa.
7. Anak kadung ketagihan gadget, solusinya?
Mungkin
kalian pernah merasakan anak berubah tantrum waktu dilarang main gadget? Ini
lumrah! Kita yang biasanya masuk kantor pukul 09.00 wib, tahu-tahu diubah jadi
pukul 07.00 wib, pasti marah. Ya ini sama contoh kasusnya. Ada perjuangan untuk
mengubah suatu kebiasaan. Awal-awal memang sulit ampun-ampunan. Kabar baiknya, anak
bisa beradaptasi. Orangtua konsisten, insyaallah anak berubah. Berikan
konsekuensi jika anak melanggar. Bu Lizzy lebih suka memakai istilah
“konsekuensi” daripada “hukuman” karena “dihukum” kesannya negatif.
Baca juga: Tip Membimbing Anak-Anak Penggemar Games
Dari
tadi kita cerita soal gadget, saya yakin Teman-teman pengin tahu seperti apa sih
peraturan yang diterapkan Bu Lizzy soal gadget di rumahnya? Betul? Nah, mungkin
kalian pada kaget kalau mendengar jawaban ibu cantik ini. Di rumah, Senin–Jumat
anak-anak Bu Lizzy puasa main gadget. Mereka main gadget saat weekend aja itu
pun sekitar 2 jam. Weekedays anak-anak sibuk sama kegiatan sekolah dan ekskul.
Weekend mereka olahraga, bikin DIY (Do It Yourself), dan jalan atau makan di
luar.
Bagi Bu Lizzy, anak sampai ketagihan gadget itu karena orangtuanya MANJA alias malas! JEDEEERRR!!! Please be noted, jangan jadi ibuk-ibuk manja. Ajak anak-anak berkegiatan lain untuk mensubstitusi kegiatan mereka bersama gadget. Kreatiflah, jangan cuma bisa melarang, tapi tidak memberikan solusi.
Alhamdulillah, senang banget-nget-nget bisa
kenalan dan mendapat ilmu baru dari Bu Lizzy. Beliau orangnya bersemangat sekali. Penjelasannya lugas, tepat
sasaran, dan apa adanya. Sharing beliau berbeda dengan diskusi gadget lain yang
pernah saya hadiri sebelumnya. Saya berasa “ditampar” bolak-balik euy.
Kembali ke event GIANT Faunatic Drawing
Competition. Peminat kompetisinya bejibun. Dalam waktu 11 hari ada 313
peserta dari 48 sekolah di Jabodetabek. Sebanyak 10 pemenang dengan gambar
terbaik mendapatkan hadiah total Rp30 juta rupiah pada hari itu. “Penilaian
utama berdasarkan orisinalitas. Saya berusaha memposisikan diri sebagai
anak-anak karena imajinasi anak-anak tidak terbatas. Selanjutnya tentu
komposisi dan warna,” jelas Bu Hani
Shintawati, juri eksternal kompetisi.
![]() |
Pak Tony Mampuk, GM Corporate Affairs Giant |
![]() |
Pemenang GIANT Faunatic Drawing Competition |
Program Indonesia
Bebas Sampah 2020 yang diusung pemerintah menjadi inspirasi kompetisi
menggambar ini. Giant mengajak para pelanggannya bergaya hidup ramah
lingkungan, salah satunya dengan meminimalisir penggunaan kantong belanja
plastik. Gambar karya para pemenang pastinya menjadi desain menarik dari
reusable bag yang diproduksi Giant nanti. Wah, saya mau beli, ah. Hitung-hitung
belanja sambil beramal karena keuntungan penjualan reusable bag akan disumbangkan
kepada kaum tidak mampu. Mudah-mudahan jadi kebanggaan tersendiri buat para
pemenang melihat karya mereka bermanfaat untuk orang banyak.
Kenapa dipilih tema fauna? Well, why not? Kata Pak Tony Tampuk, GM
Corporate Affairs Giant, tema ini mampu merangsang imajinasi unik
anak-anak. Giant baru pertama kali mengadakan kompetisi menggambar. Bakal ada
tema-tema lain yang lebih seru di kompetisi berikutnya. Tungguin aja, ya!
Jangan lupa terus belanja di Giant. :) [] Haya
Aliya Zaki
Mbak Haya kostumnya pas banget buat model iklan Giant 😊😁
BalasHapusHahaha aku memang sengaja menyesuaikan, Lia. :D
Hapusilmu banget nih mba, sekarang anakku masih bayi teknologi sudah canggih seperti ini gimana kalau dia remaja nanti. izin share yaa
BalasHapusSilakan, Mbak. Semoga bermanfaat, ya. Salam buat dedek bayi hehe.
HapusKok aku jleb ya mbaaaa... sering melarang solusinya manaaa?! Duh, daku jadi maluuu. Paling sering main ayam2an 😹Makasih yaa sharingnya omaaaak
BalasHapusApa itu main ayam-ayaman hihihi. Ibuk-ibuk zaman now kudu kreatif ya, CI. :D
Hapusmakasih sharingnya ya, harus diawasi dg baik ya. kalau anak2ku saat ada gadget sdh besar jd bisa diajak diskusi dulu dan mereka jadi tahu apa yg boleh apa yg gak
BalasHapusIya nih peer buat kita, Mbak. Makasih udah mampir.
Hapusmba Hayaaaa kangennn..
BalasHapusbtw, aku setuju bgt mba Hay, aku pun mlakukan hal yg sama ke anak2, tetep ngasih mreka gadget krn ini memang jaman digital, tp ada bbrp aturan yang harus sama2 kami penuhi agar pemakaian gadget jd lbh bijaksana.
makasih artikelnya ya mbaaa...
Mbak Zataaa ... aku puuun. Kita udah jarang satu event, ya. :))
HapusBetul. Boleh main gadget asal taat aturan ya, Mbak.
JEDEERRRR! Jangan jadi ibu2 manja! Duuuh, ini nampol banget niiihhh
BalasHapusthanks for reminding ya mbaaa
--bukanbocahbiasa(dot)com--
JEDEEERRRR!!! Kilat menyambar-nyambar hahaha. Makasih udah mampir, Nuruuul.
Hapusthanks infonya mbak.. Noted!! Siapa tau tahun depan sudah jadi bapak, aamiin..
BalasHapus-Traveler Paruh Waktu
Aamiin. Kalau udah jadi orangtua nanti apalagi, never stop learning ya, Bara.
Hapus