Ini bukan cuma pertanyaan saya, pastinya juga jadi
pertanyaan kalian pembaca blog saya. Maklum, setiap hari kita dijejali aneka
berita yang bikin cemas, termasuk isu yang baru beredar bahwa Bandara
Soekarno-Hatta (Bandara Soetta) akan dijual ke pihak asing. Seriyes, Bandara
Soetta dijual?
Tingkat kepercayaan masyarakat kita kepada internet cukup
tinggi (posisi 7 di dunia), yakni sekitar 60%. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang hobinya memancing di air keruh. Mereka menyebarkan isu hoax untuk
menimbulkan kecemasan-kecemasan dan mengadu domba (kasihan domba diadu terus).
Forum Merdeka
Barat 9 (FMB9)
kembali mengundang kami, media dan blogger, untuk hadir di Ruang Ruslan Abdul
Gani lantai 1, Gedung Depan Kominfo RI, Jl. Medan Merdeka Barat no. 9, Jakarta
Pusat (17/11). Fyi, FMB9 merupakan forum diskusi yang diinisiasi Kemkominfo
yang rutin diadakan untuk membahas isu-isu panas di media cetak, online, dan
sosial.
![]() |
Narasumber ki-ka: moderator, Ibu Desy Arryani (Dirut PT Jasa Marga), Pak Budi Karya Sumadi (Menhub), dan Pak Robert Pakpahan (Dirjen PPR Kemenkeu) |
Informasi yang disampaikan di FMB9 tepat dan akurat
langsung dari sumber yang tepercaya. Tujuan FMB9 ada, ya, sebagai sarana
pemerintah berkomunikasi dengan masyarakat. Jangan sampai masyarakat terperosok
ke jurang hoax yang lebih dalam. Nah, seperti biasa, saya rangkum hasil diskusi
kami dalam bentuk tanya jawab supaya lebih mudah dipahami.
1. Benarkah Bandara
Soetta akan dijual ke pihak asing?
Weits, langsung tembak ke pertanyaan pokok haha. Dengan
tegas Pak Budi Karya Sumadi, Menteri
Perhubungan RI, menjawab: TIDAK. Pemerintah tidak pernah kepikiran menjual
Bandara Soetta, yang ada hanyalah kerja sama pemanfaatan aset dan kerja sama
operasional dalam jangka waktu tertentu. Kerja sama ini berpotensi menguntungkan secara ekonomi dan keuntungannya bisa
dialokasikan untuk membuat proyek lain. Ada 10 bandara dan 20 pelabuhan yang
pengelolaannya bakal bekerja sama dengan swasta.
“Saya membuat 3 klasifikasi. Pertama, kalau proyek tidak feasible (tidak berprospek bisnis yang baik atau layak),
proyek harus dikerjakan oleh kementerian bersangkutan. Kedua, kalau proyek antara feasible
atau tidak, proyek dikelola oleh BUMN atau swasta, tapi pemerintahannya itu melalui
PSU (Prasarana Sarana Umum). Terakhir, kalau proyek feasible, proyek dikelola BUMN
atau swasta,” jelas Pak Budi.
2. Pada pengin tahu,
kan, dari mana sumber pembiayaan infrastruktur negara?
Negeri kita sedang giat-giatnya membangun infrastruktur,
namun kenyataannya kita cuma punya 30% dana dari total Rp4000 triliun yang
dibutuhkan. Wah, sisanya dari mana, nih? “Ada 3 sumber pembiayaan yang diupayakan
pemerintah saat ini,” kata Pak Robert
Pakpahan, Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu. Mareee kita
simak!
- APBN (pusat dan daerah)
Sekitar 18,5–19% dari seluruh pengeluaran digunakan untuk biaya pembangunan
infrastruktur. Sejak tahun 2015 boleh dibilang porsinya cukup meningkat.
- BUMN
Beberapa pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, ketenagalistrikan,
dll, diserahkan kepada BUMN. Contohnya, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Meski
begitu, pemerintah pusat tetap support, tidak lepas tangan. Ibu Desi Arryani,
Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk menyebutkan, “Jasa Marga memiliki
konsesi (hak dari pemerintah) untuk membangun 1.260 km jalan tol dan yang telah
beroperasi 593 km. Masih banyak km yang harus diselesaikan.” Kalau kata Pak Budi, sih, proyek dengan Jasa Marga ini merupakan contoh proyek yang feasible.
- Public Private Partnership/PPP
(kerja sama pemerintah dengan badan usaha)
PPP dinilai cukup sukses. Kira-kira ada 10 proyek yang siap dirampungkan. Kalau
dibagi-bagi, tanggung jawab pemerintah 41,3%, BUMN 22,2%, dan swasta 36,5% dari total Rp4000
triliun yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur negara. Dana terbatas, so kita
harus kreatif. Siapa pun yang membangun apakah pemerintah, BUMN, atau swasta,
semua fasilitas bisa dinikmati oleh publik.
“Pembangunan infrastruktur bukan untuk kepentingan 4 atau 5 tahun saja, melainkan untuk 100 tahun lebih.” – Presiden RI Joko Widodo
3. Kenapa pembangunan
infrastruktur itu penting?
Teman-teman udah pada tahulah, ya, pembangunan
infrastruktur memang jadi salah satu prioritas pemerintahan Jokowi-JK. Infrastructure
Index negara kita masih di bawah rata-rata, padahal sekitar 73% penduduk
Indonesia itu usia produktif.
Saya kasih contoh kasus. Kebayang tidak waktu tempuh
untuk jarak 100 km di Indonesia itu rata-rata 2,6 jam. *langsung stres jambak
rambut* Lama banget, kan? Keburu bulu hidung kita ubanan di jalan. Pemborosan
uang, tenaga, dan waktu. Bandingkan dengan waktu tempuh di Malaysia yang cuma 1,1 jam
dan di Tiongkok 1,2 jam.
Alhamdulillah, saya udah merasakan salah satu hasil
pembangunan infrastruktur, yakni Transjakarta Koridor 13. Stres jiwa dan raga
berkendara di jalanan ibu kota jauh berkurang. Wong busway kami meluncur mulus
wuss wuss wuss lewat jalan layang! :)) Ongkos murah meriah. Aman, apalagi di
dalam ada tempat duduk khusus untuk perempuan.
Infrastruktur yang cakep bukan untuk gagah-gagahan aja. Masyarakat bakal lebih produktif. Negara kita pun jadi lebih atraktif dalam menarik investasi.
4. Apakah
pembangunan infrastruktur hanya dilakukan di kota-kota besar?
Pak Jokowi mencanangkan pembangunan infrastruktur
Indonesia sentris yang artinya pembangunan infrastruktur bukan cuma di Pulau
Jawa, melainkan juga di luar Pulau Jawa. Pembangunan jalan dan jembatan baru
banyak dilakukan di kawasan timur Indonesia seperti di Trans Kalimantan, Trans
Papua, jalan perbatasan di Papua, Kalimantan, dan NTT. Tahun 2017 ini 2.623 km
jalan telah dibangun which is telah melampaui target awal dan masih banyak lagi
yang lainnya.
Selain pembangunan jalan dan jembatan, kita doakan pembangunan
MRT dan LRT Jabodetabek berjalan lancar. Dengar-dengar, awal 2019 nanti
fasilitas MRT pertama di Indonesia udah bisa kita nikmati. Kita tidak perlu
lagi iri sama warga Singapura yang punya MRT cakep hoho.
Sayang, acara diskusi kali ini diadakan menjelang shalat
Jumat. Waktunya mepet, Bok. Saya masih punya beberapa pertanyaan yang belum
terjawab. Teman-teman yang nasibnya sama seperti saya, monggo menitipkan
pertanyaan di kolom komen di fanpage Facebook FMB9.ID. Insyaallah pertanyaan kalian akan diteruskan ke pihak
terkait.
Sekali lagi, jangan buru-buru percaya pada isu yang
beredar. Bisa aja itu hoax. Sayang, kan, energinya kadung dipakai buat marah dan
memaki. Berat dosanya jangan dikata. Hmmm. Yuk, kita sama-sama belajar jadi
netizen yang cerdas! [] Haya Aliya Zaki
Alamak jangan sampek bulu hidung ubanan la kak, gatal kali tu udah kebayang awak nanti asik garok2 hidung aja la kerja awak. Iya sih kak awak setuju banyak masyarakat yang terjerumus Hoax sampek susah akal sehat dipakek,kapan majunya. Kalok infrastruktur bagus kan paten kali kalo nanti awak balek Medan naik kereta api biar lebih murah, tapi kalo lagi banyak duit naek pesawat jugak apalagi kalo dibayarin..ntah hepo-hepo panjang kali komen nya :D
BalasHapusBiar macam di luar negeri ya, Kak. Trasportasi publiknya kece-kece. Ke mana-mana gak perlu mikir bawa mobil. :D
HapusAku sempat dengar ini Mbak udah lama waktu masih kerja, kalau Soeta mau dijual. Baca info ini jadi jelas, gak was-was lagi. Soalnya udah banyak banget sih aset Indonesia yang udah dijual ke negara asing dengan banyak alasan. Jadi, aku parno duluan hehehe.
HapusHihihi gak kok. Makanya FMB9 mengundang media dan blogger untuk memberikan penjelasan yang benar dan meminta kami menyampaikannya ke masyarakat. Kasihan yng langsung pada panik aja. 😁
HapusJd optimis negeri ini bakal memiliki transportasi sekece luar negeri. Gk ada lg yg namanya baper hingga mengalami kerugian gegara macet.
BalasHapusMakasih udh berbagi info sekece ini ya Cikgu. Semacam penangkal hoax bwt akuh. 😀
Hasyeeekkk. Sering-sering mampir ke blogku kalau gitu ya. 😃
HapusJangan sampe bandara Soetta jatuh ketangan negara asing ya ... ambil keputusan jangan sepihak, jadilah netizen yang bijaksana.
BalasHapusAamiin, Buk!
Hapus