“Woooi, aku pulang dulu! Soalnya nanti ada
pemotretan. Maklum, cover girl!” canda saya ke teman-teman di pintu gerbang
sekolah.
“Yeee … cover majalah Trubus, ya?” Mereka balas bercanda.
Waktu masih sekolah, Teman-teman juga
pernah becandaan seperti ini, kan? Ngaku, deh. Kalau ya, berarti kita seumuran
haha. Semua orang tahu bahwa majalah Trubus
adalah majalah tentang pertanian, bukan majalah yang memuat foto model remaja
yang cantik-cantik itu. Lama banget rasanya saya tidak pernah membaca majalah Trubus lagi hingga hari Minggu lalu saya
diundang ke acara Hajat Setengah Abad Bina Swadaya di Hotel Bidakara, Jakarta
(14/7). Di antara sekian banyak media cetak yang kolaps, ternyata majalah Trubus masih eksis!
Lalu, apa hubungannya Bina Swadaya
dengan majalah Trubus?
![]() |
Majalah Trubus masih eksis |
Bina Swadaya merupakan lembaga
pemberdayaan masyarakat yang didirikan pada tanggal 24 Mei. Kegiatannya dari
mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sampai menerbitkan media informasi majalah
Trubus dan buku-buku. Jujur aja
selama ini saya tidak tahu Bina Swadaya, yang saya tahu cuma majalah Trubus. Dan, tahun ini Bina Swadaya
resmi 50 tahun berkarya untuk bangsa. Mantap bah!
Demi merangkul anak muda, majalah Trubus melahirkan media digital trubus.id. Meski udah eksis sejak dahulu kala, konten dalam format digitalnya dijamin kekinian, kok. Teman-teman bisa menjadi member untuk membaca lebih dalam konten di sana. Tujuannya tetap, yakni mengajak masyarakat untuk menjaga alam agar tetap hijau dan lestari. Nama kerennya The Green Digital.
![]() |
Trubus.id |
Di acara saya bertemu sosok perempuan
hebat asal NTT bernama Bernadete Deram.
Kak Bernedete tampil sederhana, namun cantik dalam balutan kain tenun khas dari
daerahnya. Beliau diundang oleh Bina Swadaya karena menjadi nomine penghargaan Trubus Kusala Swadaya yang
dianugerahkan pada puncak acara. Penghargaan Trubus Kusala
Swadaya diberikan kepada pelaku kewirausahaan sosial yang merintis pemberdayaan
masyarakat. Sejak tahun 2007, Bina Swadaya sudah 4 kali memberikan penghargaan
ini. Fyi, Kak Bernadete merupakan fasilitator lapangan PEKKA (Perempuan Kepala
Keluarga) di Flores.
Sekilas tentang perjuangan Kak Bernadete. Beliau membimbing janda dan single parent di Flores supaya mandiri (termasuk mandiri ekonomi), melek hukum, dan berkegiatan positif. Alhamdulillah sekarang anggota PEKKA mampu bertenun, membuat arisan bangunan rumah, dan mendirikan swalayan Pekka Mart. Padahal, padahaaal, Kak Bernadete sendiri belum menikah lho, tapi beliau concern betul dengan para perempuan kepala keluarga ini. Pernah diancam akan dibunuh segala, Kak Bernadete tidak gentar. Budaya patriarki memang kental sekali di sana. Salut sama keberanian Kak Bernadete!
![]() |
Bernadete Deram, fasilitator lapangan PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga) di Flores, NTT |
![]() |
Cakep yah tenun Lodan Doe NTT |
Kak Bernadete berhasil meraih
penghargaan Trubus Kusala Swadaya kategori Khusus. Selain Kak Bernadete,
berikut nomine lainnya.
1. Hysteria
Komunitas anak muda Semarang yang menginisiasi
program “merawat kampung” dengan melibatkan masyarakat dalam berbagai aktivitas
seperti melukis kampung dan mengenal sejarah kampung. Hysteria berhasil meraih
penghargaan kategori Kelompok.
2. Virage
Awie (Indonesian Bamboo Community)
Komunitas ini berusaha memopulerkan bambu
menjadi alat musik dengan memberdayakan anak-anak muda di sekitar yang tidak
memiliki pekerjaan. Di TKP saya tertarik mencoba biola dari bambu. Guess what,
biola tersebut bentuknya mulus tanpa potongan. Bambu asli dipipihkan sedemikian
rupa sampai berbentuk biola. Kebayang bagaimana caranya itu. Patutlah kalau harganya
lebih tinggi dibandingkan biola biasa. Istilahnya kita bukan sekadar membeli
biola, melainkan juga membeli kreativitas anak-anak muda tadi. Indonesian
Bamboo Community berhasil meraih penghargaan kategori Kelompok.
![]() |
Ecek-eceknya saya mencoba biola buatan Indonesian Bamboo Community (credit: heiupito.com) |
3. Reka Agni
Reka Agni memberdayakan perempuan untuk
menghasilkan berbagai produk pertanian dan menerapkan agroekologi di Sukabumi
dengan konservasi tanah dan kultur yang disesuaikan sama kondisi lingkungan. Reka
Agni berhasil meraih penghargaan kategori Individu.
Acara
ini pula dimeriahkan oleh peluncuran buku PALUGADA (APA LU MAU GUA ADA) karya Eka Budianta. Menurut Pak Paulus Wirutomo, Ketua Pengurus Yayasan
Bina Swadaya, mereka mempersilakan Pak Eka Budianta untuk menengok rekam jejak
Bina Swadaya, mewawancarai mitra-mitra Bina Swadaya, memancing opini
teman-teman generasi muda melalui tulisan, presentasi, dan diskusi. Dari
penelusuran tersebut, hadirlah buku PALUGADA.
Malam itu Pak Harry Hikmat, Dirjen
Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial (mewakili Menteri Sosial RI
Khofifah Indar Parawansa), turut memberikan kata sambutan. Semoga PALUGADA menjadi pengingat bahwa jalan
pengabdian belumlah selesai.
![]() |
Potong tumpeng ulang tahun Bina Swadaya |
![]() |
Eka Budianta dan karyanya PALUGADA |
![]() |
Bloggers dan Kak Bernadete Deram dari NTT |
Acara
yang dimeriahkan oleh atraksi tarian dan nyanyian dari Indonesian Bamboo
Community ini berakhir pukul 21.00 wib. Selamat ulang tahun, Bina Swadaya! Raih
mimpi, semangat berkontribusi untuk negeri, dan setia melayani sesuai dengan
perkembangan zaman terkini. Teman-teman jangan lupa baca tulisan-tulisan di website trubus.id, yaaa. Beli majalahnya juga hayuk. :) [] Haya
Aliya Zaki
Ecek-eceknyo sayo nak ngasih komentar ni. Hihihi, masih lidah Jambi nih efek mudik.
BalasHapusTrubus ini malah majalah pertama yang kukenal di masa remaja. Bacaan yang mau nggak mau dibaca karena waktu itu cuma ada itu. Di lingkungan petani dan pekebun, di desa transmigrasi yang baru dibentuk, majalah seputar agribisnis seperti Trubus inilah bacaan utama penduduknya. Yah meskipun beli yang bendelan dan bekas pakai.
Gegara sering baca Trubus juga sempat punya niatan jadi petani, atau pekebun. Berkebun buah-buahan kan asyik. Apalagi di tempatku tanah masih murah banget. Cuma ya setelah kuliah niatan itu berganti. Hehehhe.
Btw, selamat ulang tahun ke-50 untuk Bina Swadaya.
Para pemenang penghargaan benar2 inspiratif. Apa yang mereka lakukan benar2 turun langsung ke lapangan dan tidak ada pencitraan palsu.
BalasHapusKeren ini Bina Swadaya.
Keterlaluan aku baru tau juga BS wkwkwkwk
Syukurlah Trubus tetap eksis. Prihatin lihat media cetak bertumbangan.
BalasHapusBtw, Bernadette dkk keren!
Dulu suka ada balasannya tuh. Masih mending jadi model cover majalah trubus, dari pada elu jadi model uang 500 an. :D
BalasHapustrubus itu dulu sering aku baca jaamn masih sekolah, eh waniat2 keren yang memberdayakan masarakat itu mantap ya
BalasHapusWah baru tau ada Trubus digital. Dulu suami sering beli Trubus, aku ikutan baca. Senang juga baca artikel2nya, senang liat gambarnya juga :D
BalasHapusKeren kali foto mamak pegang biola tu :D
BalasHapusPara nominasi pemenang penghargaan Trubus Kusala Swadaya ini produk kreasi dan inovasinya emang keren-keren <3 Love it!
wah memang benar inspiratif ya, para juaranya itu lho
BalasHapusOh ....oh....Trubus...Jadi ingat almarhum bokap, yang penyuluh pertanian. Setiap bulan bawa Majalah Trubus pulang, dan itu jadi oleh-oleh paling ditunggu olehku. Aku baca Trubus sejak aku mulai bisa membaca (5 tahunan). Jadi Trubus berjasa banget dalam "membentuk" aku yang sekarang ini. Senang sekali melihat majalah ini masih eksis, Mbak. Dan... iya bener candaannya soal Majalah Trubus. Wkwkwk
BalasHapusinspiratif banget ya kak Bernadete ini..
BalasHapusBtw, Trubus deket rumahku lhooo.. (penting ya?) :D
Aaaakkk, Trubus keren bangeeettt! Semoga makin inovatif dan selalu beradaptasi dengan perubahan zaman yak
BalasHapusKindly visit my blog: bukanbocahbiasa(dot)com