Judul: Islah Cinta
Penulis: Dini Fitria
Tebal: 307 hal
Penerbit: Falcon Publishing
Cetakan: I, 2017
Pada suatu masa mertua saya berkata,
“Jarang orang memiliki keahlian menulis dan public speaking sekaligus. Biasanya
kalau pandai menulis ya menulis aja. Kalau pandai public speaking ya public
speaking aja. Kalau ada yang ahli di keduanya, itu langka.”
Saya lihat sepertinya begitu. Lingkungan
saya rata-rata penulis. Sebagian besar lebih senang menuangkan kata demi kata
ke atas lembaran kosong dibandingkan berbicara di depan umum. Dilalah dua
minggu lalu di meja saya tergeletak kiriman novel Islah Cinta dari Falcon Publishing. Sebelumnya saya meresensi
novel Surat Kecil untuk Tuhan NEW karya Agnes Davonar dari penerbit
yang sama. Jadi penasaran, siapakah penulis novel Islah Cinta? Ternyata oh ternyata beliau adalah Mbak Dini Fitria! Mbak Dini Fitria ini penulis
buku dan presenter (bahkan produser juga) acara Jazirah Islam, program spesial Ramadhan di Trans7 periode 2010-2015. Teman-teman yang
belum pernah menonton acara Jazirah Islam
bisa cek di Youtube. Hmmm … penulis dan public speaker, dua keahlian langka yang
disebut-sebut mertua saya. Kereeen. Begitu dapat me time ala ibuk-ibuk, saya
bergegas melahap buku tersebut.
![]() |
Dini Fitria (credit: akun G+ Dini Fitria) |
Btw, sepertinya saya ketulah sama
omongan saya sendiri tentang India. Kapan itu saya ngobrol sama suami yang
curhat kapok bussiness trip ke India. Demikian waktu membaca postingan terbaru
travel blogger Adis (@takdos) yang juga kapok travelling ke India. Alasan suami
dan Adis lebih kurang sama. Di India bunyi klakson memekakkan telinga
kedengaran di mana-mana, hewan-hewan berkeliaran jemawa di jalanan, orang-orang
pada hobi tarik urat leher (dan pipis sembarangan, OMG!), tubuh pengemis bergelimpangan
di lorong-lorong, sulitnya menemukan makanan bersih, dll. Somehow, saya merasa
sangat beruntung jika membandingkan kondisi antara Jakarta dan India. Alamak, tahu-tahu
sekarang saya membaca buku Islah Cinta
yang ber-setting India. :))))
Kabar baiknya, setelah membaca buku Islah Cinta, penilaian miring saya
terhadap negara India dan seisinya lumayan berkurang hohoho. Apa hal? Let’s
see. Islah Cinta berkisah tentang Diva, presenter acara Oase Ramadhan di teve, yang mendapat
tugas meliput di India. India, negara berpenduduk terbesar kedua di
dunia ini ternyata menyimpan cerita kejayaan Islam yang tak kalah gemilang
daripada peradaban Islam di Eropa. (hal. 21)
Konflik awal aja udah bikin gregetan. Gaet
(pemandu) Diva dan Mas Jay (rekan
kerja Diva) selama di India adalah Andrean,
mantan kekasih Diva! Kebayang tak kalau kalian terpaksa ketemuan lagi sama
mantan yang telah menikah (dan kalian belum!). Dulu Diva berpisah dari Andrean
karena hubungan mereka tidak direstui ibu Andrean. Awkward banget pastinya, Diva
harus bareng Andrean setiap hari selama sebulanan di India. Sementara itu,
sosok cowok bernama Maher hampir berhasil merekatkan satu per satu serpihan
hati Diva yang hancur karena keputusan sepihak Andrean.
Misi utama Diva ke India adalah untuk syiar kepada khalayak bahwa Islam agama rahmatan lil ‘alamin, agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, agama yang dipenuhi cinta dan berasal dari yang Maha Cinta. Islah cinta. Damainya cinta. Berbagi kisah tentang jejak Islam dan perjuangan kaum muslim minoritas di India. Teman-teman mungkin tahu, sekarang ini pemberitaan media sering simpang siur. Buat Diva, media harus menjadi propaganda yang baik, bukan kompor meleduk sana sini yang bikin orang kejeduk.
Tugas Diva di India bukannya tanpa
tantangan (selain tantangan melawan godaan dari mantan yang telah menikah
tentunya). Seperti yang udah saya sebutkan di atas, budaya India dan Indonesia
sangat berbeda. Saat perjalanan, kekacauan demi kekacauan terjadi. Tidak mudah
bagi Diva untuk masuk dan meliput tempat-tempat tertentu. Semakin banyak dia mencari
tahu semakin banyak pula pertanyaan tentang sejarah masa silam Islam yang
muncul. Selain dari penjelasan aneka narasumber, jawaban-jawaban lahir dari perenungan batin Diva sendiri.
Teman-teman especially traveller writer
wajib beli buku Islah Cinta, nih. Cantik
sekali cara Mbak Dini Fitria mendeskripsikan semua tempat dan peristiwa.
Detail, informatif, dan menarik untuk dibaca. Saya seolah ikut merasakan
panasnya cuaca di area makam Salim Chisti, riuhnya transaksi jual beli di
Pushkar, indahnya setiap lekuk bangunan Hawa Mahal, syahdunya pertemuan Diva
dan Maher di Taman Lodhi, dst. More than that, Mbak Dini Fitria pandai nian
bermain diksi. Coba perhatikan.
Semburat sinar mentari pagi musim semi telah tersibak di balik gumpalan awan Kota Agra. (hal. 107)
Cinta adalah udara yang terus berembus meski kau tak pernah memilikinya. (hal. 150)
“Kamu bisa melupakan aku, jangan menodai kerapian benang takdir yang sudah tersulam, Ndre.” (hal. 265)
Senang mendapat wawasan jejak Islam di
India dari perempuan muda keturunan Minang yang memang sudah melanglang buana
ke berbagai belahan negara di dunia ini. Saya
jadi tahu istilah-istilah bahasa India seperti ‘qawwali’, ‘dulpatta’, ‘sadhu’, ‘paan’,
dll. Ada kisah cinta Raja Shah Jahan yang membangun Taj Mahal sampai kisah Raja
Akbar yang membiarkan Jodha (istrinya) tetap beragama Hindu. Saya juga
mendapat pengetahuan seputar dunia profesi presenter teve, dari persiapan hingga eksekusi liputan.
Satu-satunya hal yang agak mengganggu
saya adalah kenapa waktu di India, Diva dkk baru mikirin urusan sim card ponsel?
Saya aja yang cuma ke Singapura, jauh-jauh hari udah tanya sana-sini tentang
urusan sim card supaya bisa tetap terkoneksi internet selama di Singapura. Apa
karena kerjaan saya hari-hari ngeblog dan ngemedsos, ya? Enggak tahu juga, deh.
Oiya, mau tahu quote favorit saya dari
buku Islah Cinta?
Rantai kemiskinan di India tidak akan pernah putus dan akan semakin memburuk jika semua orang hanya memberi mereka (anak-anak pengemis) uang tanpa peduli dengan masa depan mereka yang sebenarnya, yaitu pendidikan. (hal. 122)
Laiknya manusia, hidup pun tak sempurna. Tetapi, ternyata kesempurnaan hidup itu akan terasa saat kita bisa menemukan Tuhan pada cinta manusia. Betapa bahagianya jika hati kita senantiasa merasa dekat dengan Sang Pencipta kala kita bisa mencintai, menghargai, dan membantu sesama tanpa terhalangi oleh perbedaan apa pun. (hal. 298)
Lalu, laluuu, siapa yang berhasil memenangi
hati Diva? Apakah Andrean (mantan terindah), Maher (cowok Suriah yang
handsome), atau … Mas Jay (rekan kerja yang diam-diam menyayangi Diva)? Kalau saya jadi Diva
sih saya bakal memilih Maher. Pilihan telak hahaha! Etapi, enggak tahu kalau
Diva, yaaa. Baca aja sendiri ceritanya hahay!
Jelang 1,5 bulan menuju Ramadhan,
rasanya cocok sekali jika Teman-teman membaca buku Islah Cinta. Kangen Ramadhan euy. Dhaniyawad (terima kasih – bahasa
India), Mbak Dini Fitria, telah menulis buku ini. Sekali lagi, buku ini membawa
pesan bahwa sesungguhnya Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, agama yang
membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, agama yang dipenuhi
cinta dan berasal dari yang Maha Cinta. Jika dalam praktiknya ada yang salah, berarti
yang salah adalah manusianya bukan ajarannya. Bagaimana indahnya jejak Islam di
Negeri Hindustan dan perjuangan muslim minoritas di sana. Semoga Mbak Dini
Fitria selalu dianugerahi kesehatan sehingga dapat terus menulis ragam kisah
yang memiliki muatan dakwah, edukasi, dan humanis, tanpa harus menggurui. Aamiin
yaa Rabb. [] Haya Aliya Zaki
PS. Foto-foto India diambil dari Pixabay
Kerennnnn hanya satu kata baca review ini "Keren!"
BalasHapusDan brb cari buku Islah Cinta
Aku sampai speechless baca novel ini. Cara mendeskripsikan semua tempat dan peristiwa itu Mbak Dini memang juara!
Hapusbaiklah makasih reviewnya mba dimasukin list dlu hehehe :p
BalasHapusYuk hehehe. :p
HapusAlamak, aku suka kali kalau novel kaya diksi.
BalasHapusLangsung berandai-andailah aku.
Pemanasan menuju Ramadhan...
Eh, meski belum baca, aku juga pilih 'Maher' laaa...
Cowok Amerika Selatan, memang menggetarkan.
Aarrrgghhh....
Maher aslinya Suriah, tapi tinggal di Argentina, Kak. Nanti belik novelnya ya Kak belik jangan pinjem haha.
HapusMakasih reviewnya mbak. Wah, novel setting India, saya suka nih.
BalasHapusBoleh dicari di toko buku nanti. :)
Hapusmba Hayaaaa..., aku suka pake banget sama novel2nya mba Dini. Sebenernya karena baca yang ini jadi baca yang lain juga hehehe.
BalasHapusAku juga jadi pengin baca buku-buku Mbak Dini yang lain, Mbak. :D
HapusSerem ya kalau orang nya suka pipis sembarangan, selalu ribut dan rame hehe..Penasaran deh sama novelnya dini fitria
BalasHapusSebentar lagi terbit nih, Mbak.
HapusWah reviewnya keren, jadi bikin penasaran :D
BalasHapusMakasih, Mbak Ida. Bukunya memang keren. :D
HapusBaca novel ini memang jadi bikin kepengin ke Indiaaa
BalasHapusAku juga jadi pengiiin. Tapi bisa gak ya ketemu lalu lintas yang gak crowded di sana haha.
HapusIndia negara ribet... tapi menarik... eh ikutan tegang waktu Diva dan temen-temennya dikejar-kejar polisi bersorban di Taj mahal
BalasHapusNah seru tuh di episode itu haha. Aku ikut sport jantung.
HapusMba Haya, pinjam baca bukunya dunk. Mau beli tapi mendadak dah ada keperluan hihih... Jadi kangen cerita-cerita India...
BalasHapusNanti tak review di ResensiKata.com
Ayo beli di toko buku nanti kalau udah terbit ya, Amma. bagus untuk referensi menulis.
HapusSudah lama baca postingan ini, tapi baru sekarang menjejak. Saya pun akhirnya belum beli buku ini, tapi kok jadi tertarik lagi karena baca tulisan ttg workshop dengan Mbak Dini Fitria. Masih ada gak ya. *mikir
BalasHapus