Akhir-akhir ini kita, terutama
kaum ibuk-ibuk, kaget kejet-kejet mendengar berita beredarnya vaksin palsu. Apa
kabar anak kita yang sudah divaksin selama ini? Anak kita dikasih vaksin asli
atau palsu, ya? Badan POM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) ke mana ajaaa?
Saya yakin itu pertanyaan yang berseliweran di kepala Teman-teman.
Nah, daripada terus-menerus
panik memantau berita yang belum tentu benar, mending kita tanya ke pihaknya
langsung. Alhamdulillah, seminggu yang lalu saya mendapat undangan dari teman
saya, mbak arteees kece mantan presenter Jejak
Petualang Putri Ayudya, untuk menghadiri talkshow seputar vaksin palsu di aula C Badan POM, Jakarta. Narasumbernya Drs.
Arustiyono, Apt., MPH (Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik
dan PKRT) dan Riati
Anggriani, SH., MARS., M.Hum (Kepala
Biro Hukum & Humas Badan POM).
![]() |
Pak Arus, Bu Riati, dan Mbak Dya Loretta (moderator) |
Sebelum kita mulai membahas
vaksin palsu, sebenernya apa, sih, yang dimaksud dengan imunisasi dan vaksin
itu? Mungkin saya rangkum aja semua dalam bentuk Q&A supaya lebih mudah dipahami.
Apakah imunisasi?
Imunisasi adalah suatu upaya
untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Apakah vaksin?
Vaksin adalah antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup atau dilemahkan, masih utuh atau
bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Macam-macam imunisasi?
- Imunisasi dasar
BCG, DPT-HB
(Diphteria-Pertusis-Tetanus-Hepatitis B) atau DPT-HB-Hib
(Diphteria-Pertusis-Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza tipe B), Hepatitis
B, Polio, dan Campak.
- Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan diberikan
kepada anak usia bawah 3 tahun terdiri atasDPT-HB atau DPT-HB-Hib dan Campak. Ana
usia SD terdiri atas DT, Campak, dan Td. Wanita usia subur c berupa Tetanus
Toxoid (TT).
- Imunisasi khusus
Imunisasi Meningitis, imunisasi
Meningokokus, imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti-Rabies (VAR).
- Imunisai pilihan
Imunisasi Haemophillus
influenza tipe b (Hib), Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles
Mumps Rubella (HPV), dan Japanese Encephalitis.
Berdasarkan keterangan Pak Arus,
vaksin palsu tercatat ada di 9 provinsi dengan 37 titik di berbagai klinik, RS,
apotek, dan praktik bidan. Vaksin-vaksin ini didapat melalui jalur ilegal pastinya.
Vaksin di Puskesmas, Posyandu, dan RS pemerintah insya Allah DIJAMIN ASLI karena selalu didapat
melalui jalur legal (resmi). Jadi, ibuk-ibuk jangan malu binti gengsi kalau
anak-anaknya divaksin di Puskesmas atau Posyandu.
![]() |
Saya dan Mbak Diah Ayu Pasha (penggerak komunitas SahabatIbu_ID) |
Vaksin apa yang dipalsukan?
- Vaksin untuk imunisasi dasar
di beberapa (beberapa lho yaaa, tidak semua) klinik atau rumah sakit swasta.
- Vaksin untuk imunisasi opsional
yang harganya mahal.
Pabrik apa yang memproduksi vaksin palsu?
Vaksin palsu TIDAK diproduksi
di pabrik. Satu-satunya pabrik yang memproduksi vaksin di Indonesia adalah
pabrik BIOFARMA yang berstandar internasional (WHO). Vaksin palsu diproduksi di
rumah-rumah dan agak sulit dilacak keberadaannya.
Apa gejala anak yang mendapatkan vaksin palsu?
Vaksin palsu diisi
dengan Gentamycin (antibiotik) dan atau diencerkan dengan air keran. Produk
yang seharusnya steril, ini ditangani dengan cara sembarangan. Anak yang alergi
Gentamycin bisa memberikan reaksi bentol-bentol di kulit, demam, bahkan kalau
alergi berat bisa menyebabkan shock dan anafilaksis (kematian). Segera bawa ke
RS. Jika perlu, nanti anak divaksin ulang. Tidak ada istilahnya overdosis vaksin. Minta saran ke tenaga kesehatan, ya.
Apa yang bisa kita lakukan?
1. Jangan segan bertanya kepada
petugas kesehatan
Pertanyaan yang bisa diajukan
kepada petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan, dll): apakah vaksin yang diberikan
kepada kita vaksin asli? Apakah kita boleh melihat kemasan dan bentuk sediaan
vaksin tersebut? Bawel dikit enggak apa-apa, deh. Namanya juga buat kebaikan
anak. Iya, kaaan? Iya, kaaan? *kibas rambot*
2. Perhatikan kemasan
Untuk mengetahui vaksin asli
atau palsu, produk harus melalui uji laboratorium. Namun, secara kasatmata kita
mungkin bisa membedakan. Apakah tulisan di kemasan seperti luntur? Apakah bentuk
kemasan kasar? Apakah nomor batch jelas? Apakah tanda kedaluwarsa
tercantum dan bisa dibaca?
3. Catat nomor batch vaksin
Jika terjadi sesuatu di
kemudian hari, kita bisa menelusuri melalui nomor batch tersebut.
Vaksin palsu disebut-sebut memakai wadah dari vaksin asli yang sudah kedaluwarsa atau sudah habis dipakai. Saya bertanya-tanya kenapa ini bisa terjadi? Bagaimana klinik, RS, dan apotek memperlakukan limbah medis mereka? Setahu saya, wadah produk obat yang sudah kedaluwarsa atau sudah habis dipakai, HARUS dirusak. Entah itu dihancurkan atau dibakar botolnya. Saya pribadi memperlakukan wadah obat di rumah saya seperti itu. Misal, obat batuk yang sudah kedaluwarsa atau sudah habis dipakai, sebelum dibuang, saya rusak terlebih dahulu wadahnya. Jangan beri kesempatan kepada oknum tertentu untuk membuat obat palsu dari wadah yang kita buang.
Pada tahun 2015 BPOM
menyerahkan 7.600 kasus distributor, toko obat, dan apotek yang melakukan
pelanggaran ke dinas kesehatan. Sesuai UU, selama ini Badan POM (dalam hal ini diwakili
oleh Balai POM masing-masing daerah) cuma punya “satu tangan”, yakni sebatas survei,
inspeksi, menyegel, dan rekomendasi ke dinas kesehatan setempat. Badan POM butuh
“satu tangan” lagi untuk melakukan tindakan yang lebih jauh, yakni mencabut
izin distributor, toko obat, dan apotek, dan sarana lain yang melakukan
pelanggaran. Koordinasi langsung dengan pihak kepolisian. Ibaratnya kita cuma
punya satu tangan untuk memaku plang bertuliskan “DITUTUP” di depan pintu rumah
kita, apa bisa? Pastinya kita butuh dua tangan; tangan kanan memegang palu dan
tangan kiri memegang plang. Demikian juga Badan POM. Semoga ke depannya harapan saya
ini (dan mungkin juga harapan Teman-teman semua) bisa terwujud. Alangkah eloknya jika UU direvisi dan Badan POM dikasih
“satu tangan” lagi oleh pemerintah.
Last but not least. Wajar jika
kita marah, geram, kecewa karena kejadian beredarnya vaksin palsu. :) Hanya,
sebaiknya, tidak berlarut-larut (bahkan sampai mengambil keputusan ekstrem
untuk stop vaksin sama sekali). Inhale exhale. Inhale exhale. Inhale exhale. Sekarang
ini Badan POM sudah menyegel vaksin-vaksin yang TERINDIKASI PALSU. Ke depannya kita
juga harus lebih waspada. Bekali diri kita dengan pengetahuan dan wawasan. Hubungi Badan POM jika ada hal yang mencurigakan. Semoga postingan ini bermanfaat. Yuuuk, jadi konsumen cerdas! :) [] Haya Aliya Zaki
Duh beneran panik banget ya kmaren2 itu mba Haya, apalagi aku punya 3 anak yg jg udah bbrp kali divaksin.. Untung waktu itu ikut hadir di acara BPOM yah, lumayan tenang dan smangat ikut mencegah peredaran vaksin palsu tsb jadinya..
BalasHapusIya jadi tambah wawasan ya Mbak Zata. :)
HapusYaps, jadi konsumen cerdas, semoga anak2 penerus bangsa cerdas dan bebas dari vaksin palsu
BalasHapusAamiin, Titis!
HapusWaaah infonya padat banget mb
BalasHapusMakasih juga udah mampir ya. :)
Hapusinformatif bangettt
BalasHapusMakasih, Sari. Sengaja aku bikin Q&A gini supaya lebih mudah dipahami. :D
Hapusvaksin untuk anak saya Insya Asli kan ya, sempat deg-degan juga bagaimana kalau dapat vaksin palsu.... tapi imunisasi pertama kan di rumah sakit
BalasHapusBismillah Mbak semoga ya. Untuk ke depannya kita bisa melakukan tindakan preventif seperti di atas. :)
Hapuswaahh harus hati-hati juga nih dalam memilih vaksin apalagi utk si kecil, btw isi artikelnya bagus banget dan sangat bermanfaat :)
BalasHapusAlhamdulillah kalau bermanfaat. Makasih sudah mampir, Pak. :)
HapusSaya nanti mesti lebih waspada nih. Sebagai produk puskesmas, insyaa Allah saya enggak malu berobat ke puskesmas.. ^_^
BalasHapusHasyeeek ngapain juga malu ya, Ris. ^_^
HapusAduh...duhh... anak2ku dulu seringan Vaksin di RS Swasta. Soale jadwal posyandu pasti pagi, dan aku harus ngantor. Bismillah slamet aja deh. TFS Mbak Haya. Selamat lebaran dan liburan, mohon maaf lahir dan batin.
BalasHapusBismillah, Mbak, semoga baik-baik aja. Selamat Lebaran juga. Mohon maaf lahir batin.
Hapuskehadiran vaksin palsu memang bikin pabik termasuk saya tapi alhamdulillah anak-anak sehat walaupun ada kemungkinan dulu mereka memakain vaksin palsu...jadi hati2 untuk kedepannya
BalasHapusSemoga baik-baik aja ya Mbak. Iya nih kita jadi lebih hati-hati. Moga gak ada lagi kasus kayak gini.
HapusMengikuti diskusi kemarin paling tidak tenang, karena puskesmas aman ya. aku vaksin Naeema di puskesmas kemarin hehehe. Sebagai konsumen kita harus lebih waspada ya Mba Hay....
BalasHapusNgeri bacanya. Setuju dengan penghancuran limbah kemasan obat dimulai dari rumah karena aku juga gitu, Mi.
BalasHapusSisa obat antibiotik cair ato sirup apapun kubuang bila lewat tanggal ato lama ga kepake. Lalu botol kacanya kugetok pake palu. Pyaar! Beres. Gila aja kalo sampe botol bekas obat dipungut pemulung lalu ditampung ke penadah. Hiiyy!!
Eh,bukan cuma botol lho. Kotak sterofoam bekas buryam juga aku hancurin sebelum dilempar ke tong sampah. Tusuk gigi bekas pake juga aku patahin. Kabarnya, ada pemulung yang ngumpulin tusuk gigi bekas untuk dijual. Huwaaa...
sungguh mengerikan,semoga orang yang memelsukan vaksin tsb segera mendapatkan hidayah dari Allah..amin
BalasHapus