Pernah mengalami
merawat dua anak sakit demam berdarah dengue (DBD) di RS, membuat saya menerima
dengan baik undangan dari Blogger Perempuan Network untuk menghadiri acara
puncak Asean Dengue Day (ADD) di Hotel
Grand Sahid, Jakarta Pusat (16/6). Acara yang dibuka oleh perwakilan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia ini dimulai pukul 13.30 wib. Hadir beberapa narsum
kompeten, yakni Dr. H. Mohamad Subuh,
MPPM (Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)), Hj. Airin Rachmi Diany, S.H., M.H. (wali kota
Tangerang Selatan yang cantik!), dan Prof.
Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K) (Ketua Indonesian Technical Advisory
Group on Immunization (ITAGI)). Buat saya, jangan sampai kejadian lagi anggota
keluarga kami kena DBD. Cukup sekali, benar-benar cukup! :(
Narsum |
Baidewei, ternyata,
Tangerang Selatan menjadi role model dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Tahun
2015 lalu, angka kesakitan pasien DBD di Tangerang Selatan berada di bawah angka rata-rata kesakitan pasien
DBD nasional. Menurut Ibu Airin, mereka menggalakkan program 1 Rumah 1 Jumantik (akan dibahas di poin
berikutnya). Beliau mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut andil,
termasuk mahasiswa. Para mahasiswa ikut membantu memonitor upaya tersebut. Di
sekolah-sekolah juga. Anak-anak diajari dan diharap nanti bakal memberi tahu
orangtua mereka. Kadang orangtua lebih mendengar kata-kata anaknya daripada
petugas penyuluhan hihihi. Rencananya tahun 2020 Kota Tangerang Selatan bebas
jentik nyamuk. Keren, ya?
Dengue dan
penyakit DBD
Dengue adalah VIRUS yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
spp. Hati-hati, jika salah satu anggota keluarga kena DBD, anggota
keluarga lain pun bisa terkena. Nah, ini kejadian sama dua anak saya seperti
yang udah saya sebutkan di atas.
Nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia ini
telah menyebabkan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Menurut
data WHO, Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar di
antara 30 negara atau wilayah endemis! Allahu Rabbi! The saddest thing is
tercatat pada tahun 2015, penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak
129.179 orang di mana 1.240 orang dari mereka meninggal dunia. Tuh, DBD
benar-benar kasus luar biasa! :((
Gejala DBD
adalah pasien demam, tapi TANPA radang tenggorokan, batuk, pilek, atau diare. DBD punya 3 fase, yakni demam, kritis (pelana
kuda), penyembuhan. Fase yang berbahaya itu fase kritis. Setelah 3 hari, suhu
tubuh pasien memang turun, namun tetap lesu dan tidak mau makan.
Virus dengue menyerang trombosit (keping darah),
sel endotel (bagian luar dari pembuluh darah), dan sistem imunitas tubuh. Inilah
sebabnya pasien DBD bisa mengalami pendarahan hebat, shock, bahkan kematian. Obat-obat
yang mengandung asetosal HARAM diberikan karena sifatnya mengencerkan darah. Pasien
yang terkena DBD lebih dari sekali sangat riskan. Fyi, obat untuk menyembuhkan
penyakit DBD BELUM ADA. Yang dibutuhkan pasien DBD hanya 2. Apa itu?
CAIRAN dan OKSIGEN
Virus zika juga ditularkan oleh nyamuk Aedes spp. Jadi, pencegahannya sama
seperti pencegahan terhadap virus dengue, ya. Penyembuhannya juga sama, cairan
dan oksigen.
Perbedaan
gejala infeksi virus dengue dan zika
Virus dengue itu sebenarnya JAUH LEBIH BERBAHAYA,
lho, daripada zika. Urutan cek laboratoriumnya adalah virus dengue terlebih dahulu.
Kalau dengue negatif, cek chikungunya. Kalau chikungunya negatif, baru cek zika.
Di sisi lain, virus zika menjadi berbahaya jika mengenai ibu hamil. Pertumbuhan
otak janin akan terganggu (otak janin mengecil atau mikrosefali). So, ibu hamil
yang demam (tanpa radang tenggorokan-batuk-pilek-diare), mata merah, dan badan pegal-pegal,
segeralah ke RS!
Program “1
Rumah 1 Jumantik”
Peringatan ADD di Indonesia dikemas dalam simposium
bertema Bergerak Bersama Cegah DBD melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
Kalau baca kata “simposium” kesannya berat gimana gitu, ya. :p Enggak, kok.
Intinya, sih, kita sendiri yang paling tahu kondisi rumah kita, termasuk lokasi
jentik-jentik nyamuk.
Jumantik adalah juru pemantau jentik. Setiap rumah memiliki at least 1 orang anggota keluarga yang disepakati untuk melaksanakan kegiatan memantau jentik di rumahnya dan mencegah DBD dengan cara 3M Plus. Jumantik ini dilatih oleh puskesmas setempat.
Jika setiap rumah ada satu anggota keluarga yang
teredukasi, insya Allah masyarakat kita lebih peduli berpartisipasi mencegah
datangnya penyakit DBD.
Cegah DBD
dengan 3M Plus
Populasi nyamuk bisa dikendalikan dengan melakukan
fumigasi (penyemprotan). Sebaiknya fumigasi sampai ke bagian dalam rumah juga.
Jangan di luarnya aja. Tutup tempat makanan dan tempat lain jika perlu.
Prevention is better than cure.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Pepatah ini
amat sangat berlaku sekali dalam kasus penyakit DBD. Konon pula BELUM ADA
pengobatan khusus untuk DBD. So, Teman-teman, siapa pun kita bisa menjadi
jumantik. Saya pribadi berusaha rutin menguras bak mandi, membersihkan pot
tanaman, dan mengecek tempat wadah air seperti ember, gayung, tampungan air dispenser,
dsb. Pokoknya, cermat memperhatikan rumah dan lingkungan sekitar. Hindari
menumpuk barang bekas. Soalnya bisa menjadi sarang yang nyaman buat nyamuk. Jangan
lengah sehari pun. Iiih, nehi dendi hidup seatap sama rombongan nyamuk!
Sejauh mana pengetahuanmu tentang dengue?
Mau tahu sejauh mana pengetahuan kita tentang
dengue? Mari buka web Dengue Buzz Barometer. Pengembangan metode edukasi dengue dilakukan oleh Asean Dengue Vaccinational Advocacy. Web ini
merupakan kerja sama dari 5 negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand. Di sini kita bisa ikutan kuis seputar dengue dan DBD.
Ada pilihan bahasa masing-masing negara. Selain kuis, kita juga bisa membaca aneka
berita terkait dari negara-negara lain. Rasa senasib sepenanggungan ini bikin
kita tambah kuat dan semangat menghalau penyakit. Betul taiye? :)
![]() |
Isi kuis di web |
![]() |
Ketemu temen kuliah yang ternyata jadi ketua panitia acara ADD hihi |
Oiya, pada percaya enggak, sebenarnya, membasmi
manusia itu lebih mudah daripada membasmi nyamuk! Serius! Jadi, sekali lagi,
pencegahan penyakit DBD butuh peran serta kita semua. Stop menunggu pemerintah
atau orang lain bertindak. Kita mulai dari diri sendiri, yuk! [] Haya Aliya Zaki
Tulisan ini adalah opini pribadi dan didukung
oleh Sanofi Group Indonesia
Aku suka outfinya Mbak Haya. Kecee....
BalasHapuseh...salah pokus.
Kyaaa beda fokus, ya. :))
Hapusmemulai dari diri sendiri adalah tindakan paling efektif dalam mencegah penyakit yah Mba Haya :)
BalasHapusBetul banget, Mbak Ira. :)
Hapusartikel yang mencerhakan
BalasHapusTFS, salam sehat dan semangat Mbak Haya
Makasih udah mampir, Mas Agung. Salam sehat dan semangat juga. :)
HapusSaya jadi tahu neh mba perbedaan gejalanya. Terima kasih mba
BalasHapusSama-sama, Lis. :)
HapusAnakku yang cowok kena DBD bulan lalu, sudah cek lab di 2 hari demam, hasil Anti Dengue Ig G dan Ig M serta Anti Salmonella typhi Ig M semuanya negatif. Jadi yah kirain emang bukan DBD, setelah demam sembuh kok masih lemes anaknya baru cek lab lagi dan shock berat trombosit sdh 26.000 langsung masuk RS deh.
BalasHapus