Teman-teman, bulan Desember identik
dengan Bulan Ibu. Why oh why? Yak, seratus buat jawabannya! Sebentar
lagi kita menyambut Hari Ibu. Jadi, jangan bosan, pleaaase. Sebulanan ini saya bakal mengulas tentang ibu, ibu, dan
ibu.
Figur
ibu sangat berpengaruh dalam kehidupan umat manusia. Tugasnya tidak sebagai ibu biologis, yaitu melahirkan dan menyusui saja, tapi juga guru yang
pertama dan utama. Ibu pendidik bagi anak-anaknya. Kelak, diharapkan lahir generasi
penerus yang tangguh dari rahim mereka. Aamiin.
Sebagian
ibu harus bekerja mencari nafkah karena desakan ekonomi. Jangan salah, fenomena
ini bukan hanya terjadi di wilayah perkotaan, lho. Di daerah pedalaman seperti
Kalimantan Barat dan Papua misalnya, ibu menjadi tulang punggung keluarga.
Selain mengurus anak dan memasak, mereka bekerja di ladang, menyadap karet, dan
menumbuk padi. Perempuan di sana memiliki etos kerja di atas rata-rata. Mungkin
terkesan agak “mengeksploitasi”, tapi yang hendak saya tekankan adalah betapa
pentingnya peran ibu dalam kehidupan.
Pastinya
alasan ibu bekerja bukan cuma karena desakan ekonomi. Ibu juga butuh wadah
untuk berekspresi di bidang yang mereka sukai. Ada yang menjadi guru, pedagang, penulis, dll. Saya ingin membahas kiprah
tiga ibu yang melukis kata-kata alias ibu femes yang menulis. Mungkin Teman-teman sudah
pada kenal sosok mereka, yaaa. Tidak ada salahnya saya ulas lagi. Sepak terjang
mereka begitu fenomenal dan menginspirasi.
1. J.K. Rowling
Pada tahu dong siapa J.K. Rowling? J.K. Rowling aka
Joanne Kathleen Rowling adalah penulis buku serial Harry Potter yang super duper populer. Buku yang berkisah tentang
penyihir cilik tersebut menimbulkan histeria di jagat perbukuan dan memecahkan rekor
sebagai buku terlaris sepanjang masa. Kisahnya diangkat ke layar lebar oleh
Warner Bros. Fantastis, Harry Potter juga dijadikan tema taman hiburan The
Wizarding World of Harry Potter di Islands of Adventure, Universal Parks &
Resorts.
![]() |
Udah tahu kan siapa yang di sebelah J.K. Rowling itu? |
Siapa yang mengira kalau dulunya Rowling hidup dalam flat kecil dan harus bekerja paruh waktu
agar bisa menghidupi dirinya dan Jessica, anaknya? Selain bekerja paruh waktu,
Rowling menulis. Dia menumpahkan semua idenya di notes kecil. Setelah itu, mengetik naskahnya dengan mesin tik manual.
Rowling sempat jatuh bangun karena naskah
Harry Potter ditolak banyak penerbit.
Barulah ketika Bloomsbury menerima, hidup Rowling berubah seratus delapan puluh
derajat. Baginya, inilah momen terbaik kedua dalam hidupnya. Momen pertama
tentu saja melahirkan Jessica. Harry
Potter membuat Rowling meraih banyak penghargaan. Dia ditahbiskan sebagai
penulis terkaya sepanjang sejarah kesusastraan. Sekarang Rowling bisa saja
berhenti menulis. Dia tidak perlu takut jatuh miskin. Namun, Rowling memilih lanjut karena kecintaannya yang kuat pada dunia menulis.
2. Ratna
Indraswari Ibrahim
Wah,
kalau membicarakan sosok ibu yang satu ini pasti bibir kita tidak berhenti berdecak
kagum! Ratna merupakan cerpenis produktif dengan segala keterbatasan. Sejak
umur 13 tahun, kedua tangan dan kaki Ratna tidak berfungsi karena penyakit
radang tulang. Keterbatasan tidak menjadikannya sosok yang pemurung dan mudah
putus asa. Sebaliknya, beliau sangat periang!
Buku kumpulan cerpen Ratna yang telah terbit
antara lain Kado Istimewa (1992), Namanya Massa (2000), dan Sumi dan Gambarnya (2003). Bukan
hanya menulis cerpen, perempuan berdarah Minang ini juga menelurkan beberapa
novel. Satu cerpen bisa dikerjakan Ratna
selama berbulan-bulan. Novel? Bertahun-tahun! Saat menulis, Ratna dibantu
asisten. Karya-karyanya mengusung tema anti-marginalisasi dan anti-penindasan. Bisa dibayangkan, dengan kondisi seumur hidup di atas
kursi roda, justru Ratna menebar cahaya bagi orang-orang di sekitarnya.
![]() |
almh. Ratna Indraswari Ibrahim (kiri) |
Tahun
2005 Kompas memberikan Anugerah Kesetiaan
Berkarya. Tak kurang dari 400 cerpen dan 10 novelet buah karya Ratna. Innalillahi
wa innailaihi roojiuun, Ratna berpulang tahun 2011 pada usia 61. Dunia literasi
berduka. Harimau mati meninggalkan belang gajah mati meninggalkan gading
manusia mati meninggalkan nama. Semoga kita bisa terus meneladani semangat seorang
Ratna Indraswari Ibrahim.
3. Asma Nadia
Awalnya Asma Nadia dikenal melalui buku-buku remaja. Belakangan dia menghasilkan
karya dengan tema-tema baru yang lebih luas menjangkau khalayak. Teknik
penceritaannya pun berbeda.
Asma telah
menghasilkan puluhan buku dan prestasi bejibun. Karya-karya islaminya
memberikan pencerahan. Bukan sekadar cerita yang menghibur, begitu habis
dibaca, tidak berbekas makna. Cuma yang buku Catatan Hati Seorang Istri entah kenapa saya malah jadi “puyeng” setelah baca. :)) *peace, Mba Asma* Tulisannya Surga
yang Tak Dirindukan difilmkan dan meraih satu juta penonton dalam waktu satu
bulan. Menyusul Cinta di Ujung Sajadah
dan Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea
difilmkan.
![]() |
Asma Nadia |
Meski
bekerja, quality time bersama
keluarga bukanlah impian. Pemenang tiga
penghargaan Adikarya IKAPI ini banyak belajar. Belajar mengarungi
samudera kehidupan, terutama menata riak gelombang keluarga kecilnya. Sebagai
ibu, Asma adalah ibu yang penyayang, senang bercanda, namun sangat disiplin.
Keceee!
Oke,
cukup cerita tentang tiga penulis femes tadi. Bagi saya pribadi, menulis itu benar-benar
“sesuatu”. Saya bisa berkarya dari rumah sambil dasteran haha! Rasanya senang bukan
kepalang setiap membaca tulisan yang dimuat di media cetak. Dan, sejak merambah
dunia maya, saya makin hepi. Saya tidak perlu menunggu sampai berbulan-bulan supaya tulisan saya tayang di media orang lain. Sekarang saya sudah punya media sendiri,
yakni BLOG. Justru gantian brand yang “antre” programnya tayang di blog kita. Uhuuukkk. :D
![]() |
Yang ini penulis biyasa biyasa sajah |
Aktivitas
menulis merupakan bentuk komunikasi dan pengekspresian diri yang sangat
positif. Pernahkah terpikirkan, ketika ibu melukis kata-kata, ibu mewujudkan
begitu banyak kebaikan di sekelilingnya? Semoga bisa menjadi bekal untuk akhirat
nanti. Baidewei baswei, bukan tak mungkin suatu saat nanti ada dari Teman-teman yang
mengikuti jejak ketiga tokoh di atas sebagai penulis femes. Acem kalian rasa? [] Haya
Aliya Zaki
Ketiga foto
penulis femes diambil dari Facebook masing-masing
3 ibu yg sungguh keren termasuk foto ibu yg terakhir. Pengen bisa sekeren ibu2 diatas ^-^
BalasHapusHahaha siapa itu ibu yang terakhir? Asma Nadia, ya? :p
Hapusamin amin ya robbal alaminn...
BalasHapusdan salut juga buat ibu yang tetrakhir disebutkan hhhhee ^_^
Ini juga. :))) Aamiin, makasih, Rohma. :D
HapusYang nolak Harry Potter nyesel banget deh.Mba Haya,nomor empat,..keep inspiring mba..
BalasHapusIya, yang nolak Harry Potter nyesel tujuh turunan tuh. Thank you, Mba Nunu. You inspire me. :)
Hapusyup! Seorang juga butuh wadah untuk berapresiasi. Selama keluarga juga terurus dengan baik. Kenapa tidak? :)
BalasHapusBetul, Chiii. :D
HapusFoto yg trakhir lg anggun2nya ya kak :)
BalasHapusEcek-eceknya lagi anggun itu, Dek.
HapusSelain memiliki passion ketiganya juga tidak merasa tersandera atau terpenjara dalam bingkai' ibu rumatangga:' atau ' ibu pekerja'
BalasHapusTime management is paramount.
Terima kasih atas artikelnya yang menginspirasi.
Salam hangat dari Surabaya
Setuju, Pakde. Mari berkarya! :D
HapusKlw nulis cerpen yg laen paling lama berbulan bulan..saya mah bs berpuluh tahun..asli gak pede..
BalasHapusPede ajaaa. Kan ga ada yang marahin. :))
Hapusgenerasi sekarang mungkin tidak kenal dengan ratna indraswati ya mba haya...saya termasuk yang suka cerpen-cerpennya,
BalasHapusSepertinya begitu, Mba Rina. Saya juga suka cerpen-cerpen almarhumah.
HapusSaya sering mendengar nama Asma Nadia, tapi belum pernah baca bukunya. Hehe
BalasHapusTapi, benar.. Asma Nadia ini memang telah menghasilkan banyak karya dan prestasi. :)
Salam hangat dari Bondowoso..
Boleh juga atuh dibaca buku-bukunya. :D
HapusBaru tau cerita ttg ibu Ratna. Salut sama beliau.
BalasHapusIya Mba Dwina. Beliau memwng istimewa.
HapusWow keren bahasannya mbk. Pengen sukses kayak ibu keren itu
BalasHapusAamiin yaa Rabb.
HapusIbu bernuansa ungu... sepertinya aku pernah ketemu ya.
BalasHapus*mintadilemparsalad
Wong aku malah mau minta dibikinin salad wkwkwkwk.
HapusAsyiik ya, kalau jadi penulis tenar terus buku2nya difilmkan. Ratna Indraswari Ibrahim dalam bukunya gak pake nama samaran? Mau cari bukunya ah, yang kumpulan cerpen itu. Mau searching kali2 aja masih ada tu buku. Makasih, Haya, baca ini jadi info bermakna.
BalasHapusPakai nama asli, Bunda. Semiga masih ada yg jual, ya. Soalnya buku lama.
HapusMantap kak, aku menelusuri jejak siapa ya?secara agak2 kurang awak imajinasinya kak, hahaha
BalasHapusHahaha bisa aja adekku ini. Be yourself aja, Dek. :D
Hapuspenulis femes selanjutnya...mbak Haya! :D
BalasHapusWah hehehe. Aku penulis shalelah aja dah. Aamiin.
HapusMenjadi penulis merupakan hal yang "mahal" :) Sekali baca tulisan Mbak Haya, nggak bisa berhenti euy! hihi
BalasHapusMakasih udah mampir, Wulan. :)
Hapus4-ibu-ibu yang di foto ini kereeeen et femeees :)..selalu ada banyak inspirasi dari para ibu yang selalu berjuang untuk orang-orang yang dicintanya :)
BalasHapusAihh kerenn.. Dari ketiga penulis femes saya belum pernah baca karya2nya alm bu ratna, wah sepertinya menarik nanti saya akan cari deh. Haha maaf mbaa banyak komen and stalking blog mb haya, menggali ilmu malam2, hihii makasih banyak mb dan salam kenal
BalasHapus