Beberapa
bulan lalu saya beruntung mendapat kesempatan menghadiri talkshow Woman in You yang narsumnya salah satu penulis favorit
saya, Dewi Lestari (Dee). Konon pula
acara gawean Dari Perempuan ini
diadakan tidak jauh dari rumah saya, yakni di The Flavor Bliss Alam Sutra,
Tangerang. Langsung yuk yak yuk capcus wus.
Teman-teman,
cerita talkshow Woman in You yang berdurasi satu jam, saya rangkum dalam bentuk tanya jawab dari kami yang hadir di sana. Dee tidak sekadar sharing seputar dunia kepenulisan,
tapi juga sharing tentang dunia wanita. Monggo
dikunyah.
![]() |
Dewi Lestari (Dee) |
1. Buku apa yang paling Dee suka?
Buku-buku spiritual, science, dan puisi. Yang paling suka
yang terakhir. Puisi itu ibarat oase. Dee tidak perlu berkerut-merut memahami
cerita. Dia hanya butuh menikmati kata-kata.
2. Kapan waktu Dee menulis?
Subuh. Sekitar pukul 04.00 subuh Dee
bangun untuk mengumpulkan ide yang terserak dan menuangkannya ke dalam tulisan.
Pikiran masih segar, belum dijejali aktivitas yang lain. Ketika pagi menyergap,
Dee menutup laptopnya. Dia bergegas mengurus anak-anaknya (Keenan dan Atisha) berangkat
sekolah, belanja sayur, memasak, dll.
3. Dari mana mendapat ide tulisan?
Ide tulisan tidak harus didapat
dengan bepergian jauh. Lihat sekeliling kita. Seorang PENULIS yang baik adalah
juga PENGAMAT yang baik. Ide menulis cerpen Rico
de Coro didapat saat Dee sedang “terperangkap” di kamar mandi bersama
kecoak (coro). Dee memang paling
takut sama kecoak. Dilalah dia tinggal di rumah lama yang sarang kecoaknya
lumayan. Itu tadi, Dee mandi sambil ketakutan memelototi kecoak di tembok haha!
Selesai mandi, Dee berpikir, bagaimana jika dia menulis tentang kecoak sebagai
tokoh utama. Hm, karakter apa yang cocok kira-kira? Karakter kecoak yang
perhatian, mungkin? Ya, why not? Dari
situ Dee mulai merangkai cerita. Akhirnya jadilah cerpen Rico de Coro, cerpen yang berkisah tentang kecoak bernama Rico.
Rico jatuh cinta dengan gadis remaja yang tinggal di rumah tempat dia menumpang.
Kisah cinta yang unik. Cerpen ini merupakan cerpen yang paling saya suka di
buku kumpulan cerpen dan prosa Filosofi
Kopi karya Dee.
4. Pengalaman apa yang berkesan saat
melakukan riset?
Nah,
kalau yang ini pertanyaan saya. Selain terbuai oleh kata-kata dalam karya Dee,
saya juga selalu mendapat wawasan baru. Wawasan ini tentunya karena riset yang
memadai. Ada 4 macam riset, yakni riset pustaka, browsing internet, wawancara, dan datang ke TKP.
Dee
pernah dua bulan ngekos di salah satu kos-kosan mahasiswa di Bandung saat
menggarap novel Perahu Kertas. Soalnya, tokoh-tokoh dalam novel ini adalah
mahasiswa. Dee ngekos untuk riset apa dan bagaimana laku mahasiswa sekarang.
Mulai dari kegiatan mereka, cara mereka berbicara (bahkan cara bergurau), sampai
suasananya. Jelas beda dong ya dengan mahasiswa tahun 90-an kayak kami. (((KAMI)))
Sebenarnya Dee tidak betul-betul ngekos, sih. Dia datang pukul 08.00 pagi dan
pulang pukul 05.00 sore. Persis kayak orang kerja kantoran. Jadi tidak menginap
di sana. Kadang tengah hari Dee pulang untuk menengok anaknya, Keenan (waktu
itu berumur 3 tahun), dan sekalian tidur siang sebentar. Bangun tidur, balik
lagi ke kosan. Waktu tempuh rumah Dee dan kosan sekitar 20 menit. Bagi Dee,
pengalaman ngekos ini sangat membekas. Oiya, fyi, sebagian besar setting
di novel Dee, seperti Tibet, New York, dst juga memanfaatkan riset. Bukan
datang langsung ke TKP.
![]() |
Enggak nyangka Dee humble banget orangnya |
5. Apa yang Dee lakukan untuk
menghilangkan rasa jenuh?
Teman-teman jangan berpikir bahwa
Dee ini rajiiin banget menulis tanpa kenal jenuh. Jangan! Yang namanya manusia
pasti manusiawilah mengalami jenuh. Namun, ada satu kata yang membuat Dee konsisten menulis. Apa itu?
Deadline.
Penulis itu ibarat bertarung dengan
halaman kosong. Tanpa deadline,
biasanya kita bermalas-malasan menyelesaikan tulisan. Pada dasarnya pekerjaan
menulis sama dengan pekerjaan lainnya, kok. Punya deadline! Jika Teman-teman adalah penulis pemula yang belum dikejar-kejar
pembaca atau target dari penerbit, pasanglah deadline sendiri. Anggaplah ada sesuatu atau seseorang yang sedang menunggu
tulisan kita selesai. Dee tidak bisa memulai sebuah tulisan tanpa menetapkan deadline terlebih dahulu. Istilahnya,
ketika dia akan mulai, dia sudah tahu kapan dia harus selesai.
6. Bagaimana cara merangkai kata-kata
yang mampu membetot pembaca?
“Tulislah sesuatu yang ingin kamu
baca,” demikian saran istri Reza Gunawan ini. Maksudnya, tulislah sesuatu yang
memang kita suka. Kalau kita sudah menemukannya, insya Allah semua mengalir
lebih mudah. Kita bisa betul-betul “masuk” ke dalam cerita. Itulah sebabnya ada
penulis cerita chicklit, teenlit, dst. Passion orang berbeda-beda. Sekali lagi, pilih yang paling kita
suka. Untuk lebih detailnya, pastinya berkaitan dengan teknik menulis ina inu. Tidak
bisa dijabarkan panjang kali lebar sama dengan luas dalam talkshow yang cuma satu jam inilah yaaa.
![]() |
Bareng Mba Renny Yaniar dan Kak Ade Nur Sa'adah (foto milik: Kak Ade Nur Sa'adah) |
7. Siapa sosok inspiratif dalam hidup
Dee?
“Ibu saya,” Dee menjawab yakin. Bagi
Dee, ibunya adalah manusia paling sempurna. Ibu seorang ibu rumah tangga biasa,
tapi aktif di lingkungan sekitar, gereja, dan dharma wanita (ayah Dee seorang
ABRI). Rumah mereka selalu ramai oleh kegiatan. Ibu bisa mengatur semuanya
dengan apik. Bukan cuma itu, Ibu juga sangat pandai menjaga penampilan.
Maksudnya bukan berpenampilan glamor atau bagaimana, ya. Dee tumbuh dalam
keluarga yang sederhana. Di matanya, penampilan Ibu selalu enak dilihat. Ketika
sekarang menjadi ibu, Dee merasakan betapa beratnya menjadi ibu seperti ibunya
dulu. Satu lagi, dalam sehari Ibu sering masak dua kali (pagi dan sore).
Sementara, Dee mungkin masak dua hari sekali. Waktu menjawab pertanyaan tentang
sosok inspiratif ini, suara Dee bergetar. Kadang dia menjeda, seolah tak
sanggup melanjutkan kata-kata. Ibu wafat ketika Dee masih kuliah. Sosok Ibu
sangat bermakna bagi seorang Dewi Lestari.
8. Karya mana yang paling sulit “dilepas”
ke publik?
Supernova 1: Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh. Dee benar-benar bekerja keras menyelesaikan karya
pertamanya. Begitu meluncur ke publik, eh, karyanya ini menuai hujanan kritik
pedas. Rasanya down banget! Syukurlah
semua mampu dilewati. Menurut Dee, penulis harus punya dua sikap: bisa menghadapi
kritik dan bisa menghadapi sukses. Eits, jangan salah. Enggak semua orang bisa bersikap
eleykhan ketika sukses, lho. Ada yang songong tak tertahankan dan akhirnya kariernya
kandas. “Konsisten berkarya sebaik-baiknya. Tetap rendah hati. Itu kuncinya,”
tutup Dee bijak. [] Haya Aliya Zaki
Wah senangnya bisa ketemu Dee, mak.
BalasHapusAku juga suka karya-karya beliau. Cakep-cakep sih :)
Aku juga suka. Banget! :)
HapusMakasih mbak sharringnya. Pbagian waktu dan konsistensi Dee perlu dicontoh ya. Untuk bs menyelesaikan tulisan apalagi berbentuk novel itu ga mudah, penuh godaan, kadang malah terbengkalai.. Dee Bikin semangat nulis sesuai impian :)
BalasHapusPasang deadline, katanya. :D
HapusTotal banget Dee nulisnya. Sampai ngekos buat dapat suasana kost2an. Pantes aja Perahu Kertas bagus banget. Di antara karya Dee sy paling suka Perahu Kertas.
BalasHapusMakasiiih sudah share, Mb Haya :-)
Sama-sama. Aku paling suka PETIR. Kalau Perahu Kertas entah kenapa ga chemistry. Mungkin karena umur ga muda lagi walaupun paras masih tampak muda hahahaha. *digetok gayung*
HapusMakasih banget sharringnya mba. Bagus banget.. memang Dee luar biasa. Karya karya mu bagus bagus karena ternyata dia benar benar terjun dan serius total menggarap karyanya.
BalasHapusIya, salut ya Mba. :)
HapusDee emang keren! (y)
BalasHapusBetul betul betul. :D
HapusDee, the spirit of woman !!!!
BalasHapusDidik biarpun cowo jangan mau kalah. Semangat! :D
HapusTerus terang mba, itu yg Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh merupakan buku pertama tersulit yg pernah kubaca. Bukannya nggak bagus loh ceritanya, namun gaya bertutur Dee memang out of the box. Pada masa pertama kali baca novel tersebut, diriku pusing banget. Hihihiii...kebiasaan baca buku yg isinya ngikik ngikik sih ;)
BalasHapusLagi mengumpulkan niat untuk membaca ulang Supernova pertama itu kembali mba, mohon doa restu :*
Supernova 1 aku juga ga tamat. :)))) Terlalu banyak catatan kaki. Pusing. Coba baca Petir, Jeng. Seru, aku suka.
HapusYang Gelombang juga seru banget, katanya. Tapi aku belum baca.
HapusBaru punya buku Supernova. Lainnya minjem 😀.
BalasHapusPernah dengae critanya, semua anak di rumahnya adalah kutubuku. Masa mereka kecil selalu baca buku, bahkan di toilet.
Aku ke toilet juga bawa buku hahaha. Minimal bawa majalah atau koran.
HapusDulu pernah ikut acara talkshow dan book signing setelah peluncuran 'akar', dan dee in real life emang humble banget. Wish i could meet her again one day :)
BalasHapusMy wish too. :)
HapusWah ternyata jam kerja dan takut kecoanya sama sama saya *disambung-sambungin aja XD
BalasHapusDisambung-sambungin jadi panjang, Va. :p
HapusSesekali aku perlu mengunjungi talk show kepenulisan kayaknya nih. Atau kalau nggak, ya memang kudu rajin baca. Baca, baca, n lagi lagi kudu baca. Senang baca tulisanmu Mbak.
BalasHapusSenang kalau tulisan ini bermanfaat, Isna.
HapusWuaaah keren. Makasih mbak Haya, sharenya. Berarti emang mesti bikin deadline sendiri ya hehe..
BalasHapusEh ya, salam kenal ya mbak Haya :) *telatKenalan hehe*
Salam kenal juga. Makasih udah mampir, ya. :)
Hapusaseg..dpet ilmu lg..
BalasHapusmakasih ya cikgu udh share ilmu dr penulis kece dee.. :)
Sama-sama. :)
Hapuskak dewi lestari!
BalasHapuspaling takjub dengan bahasa di kumpulan cerpennya. apa ini berarti tulisan saya bisa menjadi seperti kak dee? hehehe mengingat rumus “Tulislah sesuatu yang ingin kamu baca,”
Nah, coba dipikirkan. Jadi peer di rumah, ya. :))))
HapusMomen berharga banget ya bisa dapat wawasan dari seorang penulis dengan karya yang sudah melanglangbuana ini :)
BalasHapusPenampilannya sangat bersahaja.
Iyes, humble and simple. Makasih undangannya ya, Ani. :)
Hapusjadi rico de coro terinspirasi dari kecoa? keren ya :)) dari tiga seri supernova terus perahu kertas dan kumpulan cerpennya di filosopi kopi aku paling suka perahu kertas dan filosopi kopi. apalagi perahu kertas, suka karakter kugy yang ajaib.
BalasHapusIya, Rico de Coro kan cerita tentang kecoa. Btw, Supernova apa aja yang udah dibaca, nih?
Hapusada yang kelupaan mbak. makasih untuk info ilmu menulis ala dewi dee lestarinya :))
BalasHapusKembali kasih. :)
HapusDi buku FilKop saya juga paling suka sama cerita Rio de Coro. Ikutan begidik jijik mbayangin keluarganya. Hihihi. Makasih Mbak Haya berbagi ilmunya. :)
BalasHapusUnik ceritanya ya, Dan. :D
HapusAlu suka tulisan Dee.. meski lembut tapi ada tenaganya... dan asli memaku kita utk menyelesaikan bacaan kita
BalasHapusDisihir sampe akhir ya, Mba Ade.
HapusI am one of her biggest fans mbaaaa....hampir semua bukunya aku punya dan aku bawa ke mana-manaaa...kecuali yang seri terbaru hiks. She is amazingly creative :)
BalasHapusSemoga segera dapat yang seri terbaru ya, Mba Indah. Yes, she is. :)
HapusSeneng sekali ya bisa ketemu penulis inspirstif ini. Kapan ada even jumpa Dewi Lestari lagi ya, hehehe
BalasHapusHobi Dee membaca, membuahkan kematangan batin dan ini muncul di goresan tangannya membuat cerita
Makasih mba Haya sharingnya.
Ilmu dari penulis sekelas Dee sungguh berharga
Semoga nanti ada kesempatan bertemu Dee. Kembali kasih, Mba Nefer. :)
HapusJujur cikgu belum banyak novel Dee yg aku baca alesannya ya kaya mbak uniek..berat bahasanya. Waktu baca adalah waktu refrwahing buatku jd klo bahasanya berat malah pusing sendiri n kalo udah ga bisa nangkep isi ceritq aku merasa gagal sebagai manusia #halaahh...
BalasHapusDee, engkau memang pribadi dan penulis luar biasa.
BalasHapusBanyak masukan berharga dari wawancara ini.
BalasHapusDee pernah menjadi model BlogCamp loch.
Terima kasih sajiannya yang memikat.
Salam hangat dari Jombang
Karya Dee saya paling suka sama Perahu Kertas. Cerpen2 di revtoverso juga suka. Apalagi filosofi Cinta Sebatas Punggung-nya. Baperr bacanya :D
BalasHapus