Iwan Sunito, sang raja properti di
Australia, mungkin tidak pernah berpikir untuk menulis buku kalau tidak
ditantang sahabatnya, Dino Patti Djalal. Kenapa? Dia bukan sarjana sastra,
melainkan sarjana arsitektur yang biasa berhadapan dengan angka. Dia bukan
penyair, sama sekali belum pernah menulis buku. Salut, Iwan mampu membuktikan tantangan sahabatnya. Buku From
Borneo to Bloomberg ditulis Iwan dalam waktu 9 hari saja!
From
Borneo to Bloomberg merupakan catatan
ringkes perjalanan hidup seorang anak miskin kelahiran Surabaya yang besar di
Pangkalan Bun, Kalimantan (Borneo). Kenapa saya katakan ringkes? Karena cerita
perjalanan hidup Iwan hanya tertuang di hal 13 – 27 dari 270 hal. Sisanya, Iwan berbagi tentang 13 kunci sukses dan quotes
bermakna dalam hidupnya.
Omong-omong, ada yang sudah pernah ke Pangkalan
Bun? Let me tell you, Pangkalan Bun tempat
yang jauh dari ‘kenyamanan’. Tempat yang jauh dari peradaban modern. Kalau ke
sana harus naik getek dan waspada ada buaya di sana-sini. Glek!
Usia remaja, Iwan dikirim ayahnya ke
Australia. Banyak menghadapi perbedaan pemikiran di negeri orang, bahasa
Inggris belepotan, Iwan tidak patah semangat melanjutkan studi. Tahun 1994 - 1996 masa-masa penuh cabaran. Iwan mengambil risiko berhenti dari pekerjaannya sebagai arsitek demi membangun perusahaannya sendiri. Tahun 1996, Crown Group lahir (gabungan dari grup perusahaan Iwan, Paul Sathio, dan Anthony Sun). Luar biasa, Crown Group meraup keuntungan triliunan rupiah
dalam waktu 18 tahun. Perusahaan ini mampu bertahan di tengah sengitnya
persaingan bisnis properti di Australia.
Seru, From Borneo to Bloomberg menyajikan foto-foto. Orang bilang, a
picture speaks louder than words. Menelaah
foto-foto klasik milik Iwan, saya serasa mendengarkan Iwan bercerita, mengikuti
perjalananan Iwan dari waktu ke waktu.
Saya merasa bersyukur setiap mengetahui orang-orang sukses mengabadikan kisah mereka dalam bentuk buku. Perjuangan mereka untuk bangkit tidak menjadi 'dongeng' belaka. Semua tercatat, tidak akan hilang, meski waktu terus bergulir.
Setuju dengan pendapat jurnalis senior, Hendromasto, di acara kupas buku From Borneo to Bloomberg di Comma Co-Working Space, One Walter Place, Jakarta (26/9). Buku ini bukan buku motivasi yang menjual mimpi. Teman-teman pernah membaca buku Kiat Menjadi Pengusaha Sukses, padahal si penulis buku sendiri kebalikan dari kategori pengusaha sukses? Atau, Kiat Berhasil di Bisnis, padahal si penulis buku sendiri kurang jelas bisnisnya berhasil atau tidak. Buku Iwan berbeda. Beliau tidak sekadar bicara. Siapa sangka Iwan yang dulunya nakal dan pernah tidak naik kelas, kini menjadi salah satu pengusaha yang diperhitungkan di Australia? Semua sudah terbukti. Rahasianya ada di dalam 13 kunci sukses yang Iwan anut. “Saya percaya, semua orang memiliki ‘mukjizat’. Generasi muda sekarang bukan tidak mampu membangun bisnis. Mereka hanya belum tahu caranya. Melalui buku ini, saya berbagi,” kata Iwan di salah satu wawancara televisi. Niat yang mulia. Iwan menjadi role model bahwa semua orang bisa bangkit asal punya tekad, kemauan, dan attitude.
Setuju dengan pendapat jurnalis senior, Hendromasto, di acara kupas buku From Borneo to Bloomberg di Comma Co-Working Space, One Walter Place, Jakarta (26/9). Buku ini bukan buku motivasi yang menjual mimpi. Teman-teman pernah membaca buku Kiat Menjadi Pengusaha Sukses, padahal si penulis buku sendiri kebalikan dari kategori pengusaha sukses? Atau, Kiat Berhasil di Bisnis, padahal si penulis buku sendiri kurang jelas bisnisnya berhasil atau tidak. Buku Iwan berbeda. Beliau tidak sekadar bicara. Siapa sangka Iwan yang dulunya nakal dan pernah tidak naik kelas, kini menjadi salah satu pengusaha yang diperhitungkan di Australia? Semua sudah terbukti. Rahasianya ada di dalam 13 kunci sukses yang Iwan anut. “Saya percaya, semua orang memiliki ‘mukjizat’. Generasi muda sekarang bukan tidak mampu membangun bisnis. Mereka hanya belum tahu caranya. Melalui buku ini, saya berbagi,” kata Iwan di salah satu wawancara televisi. Niat yang mulia. Iwan menjadi role model bahwa semua orang bisa bangkit asal punya tekad, kemauan, dan attitude.
Dukungan utama datang dari keluarga, terutama Liana Sunito, sang istri. Keluarga yang tulus mendoakan dan mengingatkan Iwan agar selalu berada di jalan yang lurus. Demikian pula Iwan. Dia begitu mencintai keluarga. Walau sibuk luar biasa, Iwan masih mengantar anaknya ke sekolah setiap hari. Selain apik soal keluarga, Iwan juga aktif di kegiatan sosial. Sisi lain yang membuat saya tambah
kagum.
From Borneo to Bloomberg patut dibaca oleh generasi muda, khususnya. Bukan autobiografi berlebihan (memuja-muja diri sendiri). Isinya ringan dan tidak menggurui, mungkin ibarat teaser untuk autobiografi Iwan yang lebih lengkap nantinya. Buku ini asyik dibawa ke mana-mana karena mungil (11 x 15 cm). Cocok jadi teman duduk di busway atau di ruang tunggu.
From Borneo to Bloomberg patut dibaca oleh generasi muda, khususnya. Bukan autobiografi berlebihan (memuja-muja diri sendiri). Isinya ringan dan tidak menggurui, mungkin ibarat teaser untuk autobiografi Iwan yang lebih lengkap nantinya. Buku ini asyik dibawa ke mana-mana karena mungil (11 x 15 cm). Cocok jadi teman duduk di busway atau di ruang tunggu.
From
Borneo to Bloomberg memang
berbahasa Inggris, tapi jangan khawatir. Bahasa Inggrisnya mudah dicerna. Teman-teman
tidak bakal berkerut kening atau bolak-balik buka kamus. Berita baik, akhir
tahun ini, buku versi bahasa Indonesianya akan terbit. Insya Allah mampu
menjangkau lebih banyak kalangan. Aamiin.
Silakan beli di toko buku
Gramedia di seluruh Indonesia harga Rp100 ribu atau di Gramedia online book
store harga Rp85 ribu (diskon 15%).
Berikut beberapa quotes di buku From Borneo to Bloomberg yang saya suka. Cocok
diterapkan di lingkup pekerjaan saya sebagai blogger dan kehidupan sehari-hari. [] Haya Aliya Zaki
pangkalan bun,sering denger dan pernah kirim penasan souvenir kesana tp belum pernah kesana hehe...acaraya asik,quotenya bagus2 ya mak dan tentunya inspiratif sekai nih pak iwan ^^
BalasHapusIya, bangga melihat orang Indonesia yang membawa nama harum di negeri orang.
HapusBtw, mau juga dong dikirimin suvenir. :v
HapusWah keren bukunya. Makasih rekomendasinya Mak Haya. Kudu beli ini.
BalasHapusYuk, bukunya inspiratif. Cucok untuk penyemangat, terutama quotes-nya. :)
Hapusbangga banget ..... terutama karena pak Iwan orang Indonesia...
BalasHapusmakasih sharingnya Mbak :)
Kita jadi optimistis kalo baca cerita kayak gini, ya. :)
Hapusskrg pangkalan bun udah mendingan .. ada bandaranya
BalasHapusIya, sekarang ada bandaranya. :)
HapusPengen beli bukunya. Suka sama kisah sukses pengusaha. ^^
BalasHapusAyo, dibeli, Ika. Udah ada di tobuk Gramedia. :)
Hapusquotenya keren..
BalasHapusgw suka yang pertama tuh, asli bener banget
Iyes, itu quote terfavorit eike juga. Makanya eike taruh di urutan pertama hag hag hag.
HapusAku penasaran lho sama perjalanan hidup Pak Iwan ini, udah lama tahu beliau waktu semasa jadi reporter.
BalasHapusJadi pengen punya bukunya :D
Wah, dah lama berarti ya, Kak. Awak malah baru tahu sekarang ini qeqeqe. Kalo kisah perjalanan hidup Pak Iwan di buku ini ga terlalu banyak, sih. Katanya bakal dibuat yang lebih dalam lagi di buku lain. Yang di sini mini autobiografi aja.
HapusDitunggu versi Indonesianya. Semoga suatu saat nanti saya bisa membacanya.
BalasHapusYang versi bahasa Inggris ini gampang dimengerti, kok. Kosakatanya umum semua.
HapusNulis buku hanya 9 hari itu rasanya amazeng banget ya mbak... kisah-kisah inspiratif memang harusnya banyak ditulis untuk 'memancing' anak bangsa lainnya termasuk saya :D
BalasHapusQuotenya emang nendang banget! :D
Betul, untuk menginspirasi pembaca terutama generasi muda. :D
HapusWow...aku tau Pangkalan Bun cikgu, dulu pernah punya 'eheman' dari sana :))))
BalasHapusTapi itu ga ada yg Bahasa IND ta? Kerenn
Hah? Apa itu 'eheman'? Wkwkwk hayo lhooo. Yang versi bahasa Indonesia terbit akhir tahun ini katanya. Tapi, yang ini bahasa Inggrisnya gampil banget, Mak. Don't worry. ;)
Hapus