“Yah, tidak dimakan lagi,”
keluh Irfan. Nasi berlauk ayam goreng
dan sayur tumis kacang panjang bikinan Mbok Isah, terlihat masih utuh di dalam
kotak bekal Kiki. Irfan memindahkan makanan itu ke piring. Menjelang makan
malam, makanan itu akan dihangatkan Mbok Isah.
Irfan
masuk ke kamar. Dia membuka laci dan mengeluarkan buku tebal bersampul biru
tua, buku kumpulan resep rahasia miliknya. Irfan memang suka dengan kegiatan
masak-memasak. Kesukaan Irfan ini menurun dari papanya yang berprofesi koki.
Sayang,
Papa tidak bisa setiap hari memasak di rumah. Sebagai koki di sebuah hotel
ternama, Papa sangat sibuk. Kebersamaan mereka terasa ‘mewah’ sekali semenjak
Mama meninggal beberapa tahun yang lalu.
Irfan
membuka lembar demi lembar halaman buku. Hm, lembar kertas yang tegang dan tebal
karena terbuat dari kertas daur ulang, membuat Irfan merasa sedang membuka buku
resep wasiat ....
“Bagaimana
caranya supaya Kiki mau memakan bekal makan siangnya, ya?” Irfan berbicara
kepada dirinya sendiri.
Kini,
Kiki duduk di kelas dua SD. Jam sekolahnya lebih lama dibandingkan saat masih
kelas satu dulu. Sekolah Kiki usai tepat pukul dua siang. Mau tak mau, Kiki
harus makan siang di sekolah. Namun, Kiki paling malas memakan bekal yang
dibawakan Mbok Isah. Kalau perut lapar, bagaimana Kiki bisa konsentrasi
belajar?
“Aha,
aku tahu!” sorak Irfan tiba-tiba. “Aku punya akal! Mudah-mudahan, besok Kiki
mau memakan bekal makan siangnya!”
xxx
“Apa
ini, Mas?” tanya Kiki. Sebelum berangkat sekolah, Kiki diberi bungkusan plastik
pink oleh Irfan. Tanpa disuruh, Kiki membuka
cepat bungkusan plastik itu. Sebuah amplop berisi kartu kecil, diikat rapi di
atas kotak bekal.
“Baca kartunya,” ujar Irfan.
Dengan kening berkerut, Kiki
mengikuti perintah kakaknya.
Teka-teki. Aku adalah binatang purba yang senang makan
sayur. Apakah aku?
“Teka-teki?” kening Kiki tambah
berkerut.
“Yap, teka-teki. Setiap hari Rabu,
Mas akan membuatkan bekal istimewa dan memberikan teka-teki untuk Kiki. Jawaban
teka-teki itu ada di dalam bekal makan siang Kiki. Sebelum waktunya makan
siang, kotak bekal tidak boleh dibuka. Kiki dan teman-teman mesti mencoba menebak
jawaban teka-teki. Siapa yang bisa menjawab benar, dialah yang paling hebat!”
jelas Irfan.
Kiki terdiam sebentar. “Wow, seru!
Seru! Teka-teki! Kiki suka teka-teki, Mas!” pekik Kiki kesenangan.
Irfan tersenyum. “Tunggu dulu, ada
syarat lain ....”
“Apa itu, Mas?” tanya Kiki.
Rabu Istimewa akan tetap ada kalau
Kiki mau memakan bekal Kiki di hari-hari yang lain juga. Bagaimana? Kiki mau
berjanji?” Irfan melipat kedua tangannya di dada.
Kiki
terdiam sebentar. “Mmm ... baiklah. Kiki janji!” jawab Kiki, akhirnya.
Di
sekolah, sesaat sebelum waktu makan siang, Kiki dan teman-temannya asyik main teka-teki.
“Gajah!” Kiki mengawali
tebak-tebakan.
“Dinosaurus!” tebak Ryu.
“Wah, dinosaurus? Benar juga. Tapi, dinosaurus, kan, macam-macam. Dinosaurus yang makan tumbuhan namanya apa?” Kiki malah bertanya.
“Kecoa!” tebak Mita.
“Idih, kok kecoa, sih? Aduh, Mita! Mau makan malah ngomongin kecoa!” gerutu Ryu agak kesal.
“Lho, kecoa juga binatang purba! Kalian belum tahu, ya?” ledek Mita.
Kiki dan Ryu serempak menutup mulut mereka masing-masing supaya tidak mual.
Ternyata, jawaban Ryu yang benar! Menu makan siang Kiki adalah nasi putih dengan lauk naget berbentuk dinosaurus lucu. Selain naget, ada beberapa helai sayur selada juga. Kiki makan dengan lahap. Dia membagi sedikit bekalnya untuk Ryu dan Mita.
“Abangmu memang koki cilik yang keren!” puji Mita yang berasal dari Medan.
Kiki mengangguk kuat sampai-sampai rambut kepang duanya bergoyang-goyang.
Pulang sekolah, Irfan gembira bukan kepalang mendapati kotak bekal makan siang Kiki telah kosong. Keesokan harinya juga. Kiki menepati janji dengan memakan bekalnya. Seterusnya, setiap hari Rabu, Irfan rela bangun pagi-pagi demi membuat kreasi makan siang yang unik-unik untuk Kiki. Tortilla keju sayuran berbentuk amplop, roti isi berbentuk bintang, omelet jamur diolesi saos tomat berbentuk senyum, dan lain-lain. Nyam ... nyam ... nyam .... Tentu saja, satu yang tak boleh ketinggalan ... teka-teki!
Dan, hari Rabu ini, Kiki berulang tahun. Dibantu Papa, Irfan membuatkan bekal makan siang yang istimewa untuk Kiki. Setelah mengucapkan selamat ulang tahun, Irfan menyerahkan bungkusan plastik pink kepada Kiki.
“Putri?” baca Kiki.
“Yap, putri yang cantik dan baik hati,” jawab Irfan seraya tersenyum rahasia.
Di sekolah, Ryu dan Mita berebut menyebutkan nama putri yang mereka ingat.
“Pasti Putri Salju! Putri Salju, kan, cantik dan baik hati. Makanya Ratu yang jahat iri sama dia,” tebak Ryu.
“Kalau aku, Cinderella!” sahut Mita. “Setiap hari Cinderella rajin bersih-bersih rumah walaupun ibu dan saudaranya selalu marah-marah.”
“Wah, putri siapa, ya?” Kiki jadi bingung sendiri.
“Hayo ... kalau kau tidak bisa menebak, bekalmu buat kami, ya!” goda Mita.
Olala, betapa kagetnya Kiki ketika membuka kotak bekalnya. Kiki tak sanggup berkata-kata. Matanya berkaca-kaca karena haru.
Di rumah, Kiki menunggu Irfan pulang sekolah dengan perasaan tidak sabar.
“Mas Irfaaan ...!” Kiki menubruk tubuh Irfan begitu Irfan masuk ke rumah. “Makasih bekal makan siangnya!”
“Sudah kamu buka?” Irfan mengusap rambut Kiki.
“Sudah,” jawab Kiki. Belum sempat Kiki menambahkan kalimatnya, Papa pulang. Rupanya, Papa sengaja pulang lebih cepat karena Kiki ulang tahun.
“Wah, berarti, bekal makan siang hari ini langsung Kiki habiskan, dong?” Papa mengedipkan mata kepada Irfan.
“Wah, dinosaurus? Benar juga. Tapi, dinosaurus, kan, macam-macam. Dinosaurus yang makan tumbuhan namanya apa?” Kiki malah bertanya.
“Kecoa!” tebak Mita.
“Idih, kok kecoa, sih? Aduh, Mita! Mau makan malah ngomongin kecoa!” gerutu Ryu agak kesal.
“Lho, kecoa juga binatang purba! Kalian belum tahu, ya?” ledek Mita.
Kiki dan Ryu serempak menutup mulut mereka masing-masing supaya tidak mual.
Ternyata, jawaban Ryu yang benar! Menu makan siang Kiki adalah nasi putih dengan lauk naget berbentuk dinosaurus lucu. Selain naget, ada beberapa helai sayur selada juga. Kiki makan dengan lahap. Dia membagi sedikit bekalnya untuk Ryu dan Mita.
“Abangmu memang koki cilik yang keren!” puji Mita yang berasal dari Medan.
Kiki mengangguk kuat sampai-sampai rambut kepang duanya bergoyang-goyang.
Pulang sekolah, Irfan gembira bukan kepalang mendapati kotak bekal makan siang Kiki telah kosong. Keesokan harinya juga. Kiki menepati janji dengan memakan bekalnya. Seterusnya, setiap hari Rabu, Irfan rela bangun pagi-pagi demi membuat kreasi makan siang yang unik-unik untuk Kiki. Tortilla keju sayuran berbentuk amplop, roti isi berbentuk bintang, omelet jamur diolesi saos tomat berbentuk senyum, dan lain-lain. Nyam ... nyam ... nyam .... Tentu saja, satu yang tak boleh ketinggalan ... teka-teki!
Dan, hari Rabu ini, Kiki berulang tahun. Dibantu Papa, Irfan membuatkan bekal makan siang yang istimewa untuk Kiki. Setelah mengucapkan selamat ulang tahun, Irfan menyerahkan bungkusan plastik pink kepada Kiki.
Teka-teki. Aku adalah
putri yang paling disayang Mas Irfan dan Papa. Siapakah aku?
“Putri?” baca Kiki.
“Yap, putri yang cantik dan baik hati,” jawab Irfan seraya tersenyum rahasia.
Di sekolah, Ryu dan Mita berebut menyebutkan nama putri yang mereka ingat.
“Pasti Putri Salju! Putri Salju, kan, cantik dan baik hati. Makanya Ratu yang jahat iri sama dia,” tebak Ryu.
“Kalau aku, Cinderella!” sahut Mita. “Setiap hari Cinderella rajin bersih-bersih rumah walaupun ibu dan saudaranya selalu marah-marah.”
“Wah, putri siapa, ya?” Kiki jadi bingung sendiri.
“Hayo ... kalau kau tidak bisa menebak, bekalmu buat kami, ya!” goda Mita.
Olala, betapa kagetnya Kiki ketika membuka kotak bekalnya. Kiki tak sanggup berkata-kata. Matanya berkaca-kaca karena haru.
Di rumah, Kiki menunggu Irfan pulang sekolah dengan perasaan tidak sabar.
“Mas Irfaaan ...!” Kiki menubruk tubuh Irfan begitu Irfan masuk ke rumah. “Makasih bekal makan siangnya!”
“Sudah kamu buka?” Irfan mengusap rambut Kiki.
“Sudah,” jawab Kiki. Belum sempat Kiki menambahkan kalimatnya, Papa pulang. Rupanya, Papa sengaja pulang lebih cepat karena Kiki ulang tahun.
“Wah, berarti, bekal makan siang hari ini langsung Kiki habiskan, dong?” Papa mengedipkan mata kepada Irfan.
Tak disangka, Kiki malah menggeleng.
“Lho, kenapa? Tidak enak, ya?” tanya Irfan heran. Papa juga.
“Bukan. Kiki sayang makannya. Soalnya, bagus banget ....” Kiki membuka hati-hati kotak bekalnya. Menu makan siangnya hari ini adalah nasi goreng. Nasi goreng dicetak bulat seperti wajah. Kemudian, diberi irisan tomat berbentuk mata dan mulut. Telur dadar berbentuk poni dan kepang dua, seolah-olah menjadi rambut. Ada beberapa nasi goreng yang dicetak berbentuk hati kecil-kecil juga. Di atas nasi goreng, huruf-huruf dari wortel kukus, menghiasi. Mau tahu bunyi hurufnya?
PUTRI KIKI.
Ternyata, Kikilah putri kecil yang cantik dan baik hati, yang paling disayang Irfan dan Papa!
“Kiki mau makan bekal ini sama Mas Irfan dan Papa ...,” kata Kiki lirih.
Papa terharu. “Sebelum makan, kita berdoa dulu untuk Mama di surga,” ucap Papa.
Irfan dan Kiki mengangguk sambil tersenyum. Mereka memeluk Papa erat-erat. [] Haya Aliya Zaki
keren maak apapun bisa jadi ide cerita ya mak, pengen nyoba jugaa :)
BalasHapusIya, yang penting senang memperhatikan sesuatu di sekitar kita. :) Yuk, coba kirim, Mak.
HapusBagus bgt mak:)
BalasHapusMakasih, Mak. Yuk, kirim-kirim. :)
HapusDuh. Mbak Haya bisa aja, aku jadi terharu bacanya..., kayak Kiki yang terharu melihat jawaban teka-tekinya, hehehe
BalasHapusHihihi makasih, Mbak. :D
HapusWaah keren Mak, semakin sering dimuat di media karyanya :)
BalasHapusMoga terus berkarya ya Mak
Alhamdulillah. Buat penyemangat, Mak. Ayo kirim-kirim juga. :)
Hapushalo mak Haya... cerpennya unik... sukaa :)
BalasHapusMakasiiih. Alhamdulillah. :)
HapusAku bacanya sampe berkaca2 lho mak Haya :)
BalasHapusTerharu sama ceritanya.. keren deh mak..
Semoga bermanfaat, Mak. :)
HapusKece bingits CikGu, sederhana tapi mengena (y)
BalasHapusMakasih, Mak Icoel. :*
Hapuskeren bgt mak cerpennya, sarat pembelajaran disini :)
BalasHapusMudah-mudahan bukan pelajaran yang menggurui ya, Mak Irma. :)
Hapusharuuu endingnya
BalasHapus*kasih tisu*
HapusBagus mak, langsung punya ide supaya anakku lahap makan:). Salam kenal ya
BalasHapusTapi, kalo ga berhasil, aku jangan dimarahi ya, Mak. :)))))
HapusAku terharuuuu. hiks2 T.T
BalasHapus*kasih tisu lagi*
HapusKeren kaaaak!
BalasHapusBangga deh
Makasih, Kak Eka. :*
Hapusterharu sama ceritanya..
BalasHapus:)
HapusWah..
BalasHapusBoleh dicontek nih ilmunya.. :D
Salam..
Monggo. :)
HapusKeren ceritanya. Mak Haya bakatnya banyam banget. Penulis serba bisa
BalasHapusWah, merasa tersanjung. Makasih, Mak Ade. *tutup muka* Saya menulis karena senang dan merasa tertantang. :D Makasih udah mampir, Mak. :)
HapusTerharu baca ceritanya. Bagus bgt.
BalasHapusMakasih. :)
Hapuscikgu keren bangetttt mau ya alamatnya pengen kirim deh jadinya. bisa ga ya hehe
BalasHapusBisa, insya Allah. Ayo, coba, Mak. ^^
Hapuscerpen saya hampir dua bulan blum ada kabar di kompas. :D
BalasHapushhhehehe
Yang cerpen saya ini 6 bulan lebih dimuatnya. Seandainya ga dimuat, kirim aja lagi. :)
HapusMantap mba, sayangnya saya belum bisa nembus ke sana :(
BalasHapusmak, ada aja sih idenya, jadi pengen sekreatif ma sIrfan nih..
BalasHapusmenarik sekali jadi cemburu hehehe
BalasHapusSelamat hari Ibu... terharu
BalasHapusUntung papa bisa masak ya, kalau mama udah gak ada memang bagusnya papa bisa seperti ini, tetap saling menyayangi lewat masakan papa. Ahh keren deh tulisannya mbak
BalasHapus