Kalau Teman-Teman senang membaca majalah anak-anak, pasti nama profil penulis
berikut tidak asing lagi. Dia adalah Rae Sita Patappa (Sita), gadis kalem
kelahiran Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, 14 Januari 1979. Yap, Sita yang
sehari-hari berprofesi sebagai penyiar di sebuah radio swasta di
Pontianak, sangat produktif menulis cerita anak, terutama dongeng, sejak
tahun 2003.
”Bapak memberi pengaruh besar kepada saya untuk mencintai dunia cerita anak, khususnya dongeng. Dulu, waktu saya masih kecil, beliau rajin membacakan
dongeng, juga rutin membelikan majalah anak-anak. Merpati Putih (Enid
Blyton) merupakan buku dongeng pertama yang saya miliki. Buku itu hadiah
istimewa dari Bapak ketika saya ulang tahun. Saya membacanya berulang-ulang dan
suka dengan semua isinya,” Sita mengawali pembicaraan.
![]() |
Rae Sita Patappa |
Kenangan masa kecil tentang bacaan berupa dongeng, rupanya
meninggalkan jejak manis di hati Sita. Tak heran bila kini goresan
pena-nya konsisten mengalir di jalur ini. Prestasi sebagai juara II Lomba
Menulis Dongeng Bobo (2003), juara II Lomba Menulis Dongeng Bobo (2005), juara
III Lomba Menulis Dongeng Bobo (2006), sukses diraih. Salah satu
dongengnya lolos dengan mulus sebagai Dongeng Pilihan Lomba Menulis
Dongeng Bobo (2007).
”Dongeng ibarat sebuah ruang sederhana untuk kita belajar kehidupan. Dongeng tidak sulit dipahami dan selalu menoreh kesan,” kata si penggemar cokelat dan es krim ini, tersenyum. Jujur, saat Sita dewasa dan bersua dunia nyata, tanpa sadar, dia sering teringat dongeng yang pernah singgah di masa kecilnya. Pesan-pesan sederhana dalam dongeng, ternyata mampu menolongnya menemukan solusi dari ragam masalah.
”Dongeng ibarat sebuah ruang sederhana untuk kita belajar kehidupan. Dongeng tidak sulit dipahami dan selalu menoreh kesan,” kata si penggemar cokelat dan es krim ini, tersenyum. Jujur, saat Sita dewasa dan bersua dunia nyata, tanpa sadar, dia sering teringat dongeng yang pernah singgah di masa kecilnya. Pesan-pesan sederhana dalam dongeng, ternyata mampu menolongnya menemukan solusi dari ragam masalah.
Kalau ditanya apa sesungguhnya yang Sita cari di dunia menulis,
jawabannya sangat simpel: kebahagiaan! Sita bahagia karena bisa merekam hal-hal
’remeh’, lalu menjalinnya menjadi sebuah kisah. Terus terang, justru
inspirasi menulisnya sering pop up
ketika melihat hal-hal ’remeh’ tersebut. Contoh, dia pernah menemukan sebutir
kancing kecil yang sepintas lalu terlihat tak berarti. Namun, bagi gadis
pemegang gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi Universitas Tanjung Pura, Pontianak
ini, kancing tadi pastilah sangat berharga bagi orang yang kehilangan kancing
itu di pakaiannya. Pemikiran tersebut dia olah hingga berwujud dongeng cantik
berjudul Jubah Satu Mutiara dan dimuat di majalah Bobo.
Bicara soal dongeng, Sita mendapat ’panggilan sayang’ Peri Hujan dari
teman-temannya lho hihihi .… Apa sebab? Ternyata, ini karena Sita sangat suka
menulis kala hujan deras mengguyur bumi! Rasanya imajinasi seperti ikut
menderas bersama hujan. Oiya, Sita pernah mengalami peristiwa unik
berkaitan hujan. Waktu itu, dia berencana mengikuti lomba menulis dongeng
yang diselenggarakan majalah anak-anak. Berhubung komputer di rumahnya mendadak
rusak, Sita pun nekat meluncur ke rental
komputer terdekat, padahal hari hujan deras. Di rental komputer, dia
duduk terdiam karena tidak punya ide awal untuk naskah yang akan diketik,
sementara besok adalah hari terakhir pengiriman naskah lomba! O-ow!
Sambil sesekali menatap hujan, jemari Sita pun mulai mengetik. Dua jam di
rental komputer, naskah selesai. Sore itu juga dia bergegas
mengirimkannya. Naskah Sita memang tidak menang lomba, tapi alhamdulillah berhasil
dimuat di majalah anak-anak edisi reguler, judulnya Nian Teman Hujan.
Psssttt … kalau boleh tahu, kenapa, ya, Sita memilih pekerjaan yang
berbeda dengan latar belakang pendidikannya? Hm, putri dari pasangan Mahaseng
Patappa dan Tina Sumarna ini mengaku bahwa dulu dia ingin menekuni lahan ilmu
psikologi, bukan ekonomi. Hanya, begitu dijalani, suasana nyaman kampus dan
hubungan akrab para sahabat, lumayan membuatnya betah. Saat lulus, keinginan
bekerja sebagai akuntan kembali susut. Sebaliknya, niat memperdalam dunia
menulis cerita anak kian menjadi-jadi. Inilah pilihan hidup Sita. Selain
produktif menulis dongeng untuk media cetak, Sita juga telah melahirkankan 21
judul buku dongeng yakni, kumpulan dongeng Kisah Sepuluh Bintang Kecil
(Pijar Publishing, 2007), dongeng Zir Penyihir Sisir (Pustaka Ola,
2010), pictorial book Princess Jihan (Inti Medina, 2010) seri Kalimat
Thoyyibah sebanyak 6 buku, Princess Zodiak (Tiga Serangkai, 2010)
sebanyak 13 buku, dan masih banyak lagi. Keren!
![]() |
Sebagian karya Sita |
Kalau ditanya lebih asyik mana, siaran di radio atau menulis, maka jawab
Sita, so pasti menulis! Saat siaran,
segala materi acara sudah disiapkan oleh pihak stasiun radio. Tapi, ketika
menulis, dia bisa menyampaikan semua hal berdasarkan isi hati pribadi.
Alhamdulillah, kegiatan siaran mendukung kegiatan menulisnya. Pas sedang
menyetel lagu, mengadakan talkshow, atau berbincang dengan pendengar,
kadang dia menemukan ide untuk ditulis. ”Dengan menulis rasanya saya bisa
menyampaikan buah pikiran saya kepada banyak orang, tanpa harus capek
berkoar-koar memaksa mereka agar mau mengerti. Andai diminta memilih, saya
memilih dunia menulis. Suatu waktu saya akan berhenti siaran, tapi menulis
bakal saya lakoni seumur hidup,” sahut Sita, mantap.
Sebelum berpisah, Sita mengurai kiat. Menurutnya, kunci sebuah kesuksesan adalah ketika kita memulai suatu pekerjaan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh. Bagi Sita, menulis lebih dari sekadar hobi yang menyenangkan. Disiplin bekerja dijunjung tinggi-tinggi. Jangan lupa, tetaplah berpikir positif saat mengirimkan naskah ke media atau penerbit. Selalu ada kali pertama di mana nama seorang penulis belum pernah sekali pun tercetak (dimuat) di media. Nah, bila semua hal tadi dipraktikkan sesuai porsinya, insya Allah hasil pekerjaan juga akan ’serius’. “Urusan mood, bisa diatur. Manusia tidak hidup selamanya. Jadi, kapan lagi kita merangkai karya kalau terus menunda?” imbuh sang pemilik e-mail rae_inter@yahoo.com ini, retorik.
Di luar stasiun radio, hujan mulai menetes satu-satu. Tampaknya benak
Sita juga mulai menggeliat meneteskan butir-butir imajinasi .... [] Haya
Aliya Zaki
Foto-foto: Rae Sita Patappa
Uhuk.... T___T keren. Mo minta tanda tangan ah.. oh.. mau ga ya kalo ta minta nyumbangin dongeng lagi ^__^ hohoho...
BalasHapusInsya Allah mau. :D
Hapusliputannya baguss makk ^^
BalasHapusseneng deh baca tulisannya Mak Haya
Makasih, Mak Shinta. Kapan-kapan ngedesain blogku, ya. :D
HapusSuka liputannya. Makasih Mbak Haya
BalasHapusMakasih, semoga bermanfaat, Mak Aisyah. :)
Hapusgaya penulisannya enak mbak :)
BalasHapusRasanya manis atau gurih? Qiqiqi ....
Hapuskeren! aku saja bikin dongeng anak sulit sekali. salut!
BalasHapusYuk, belajar bikin dongeng. :)
HapusKeren banget
BalasHapusBetul, Mbak satu ini memang keren. :)
Hapusseneng baca reportase ttg mbak Sita, jempol banget. makasih informasinya, isinya dalem banget :-)
BalasHapusMakasih, Mbak. Alhamdulillah, semoga manfaat. :)
HapusBuku Princess Jihan, anakku udah punya, cari buku yang lain ah..
BalasHapusYuk, pasti pada suka, ya, anak-anaknya, Mak? :D
Hapussuka deh, termasuk sennag baca dongengya Mbak Sita:)
BalasHapusSama, Mbak. Idenya adaaa ... aja, ya. :)
BalasHapusohhh ini toh dibalik buku dongeng bobo selama ini he.
BalasHapusUdah enggak penasaran lagi, kan, sekarang? :)
BalasHapusWow, salut dengan para penulis yang begitu kreatif menulis dongeng. Salam salut untuk mba Sita. Trimakasih liputannya yang tak kalah keren nih, Mak Haya. Tulisan Mak Haya selalu top markotop, suka cara Mak Haya mengulas. :)
BalasHapus