Tulisan ini dimuat di harian Pikiran Rakyat (rubrik Pariwisata). Terbit tiap Sabtu dan Minggu. Alhamdulillah, saya kirim Kamis, Sabtu sudah dimuat. :)) Panjang naskah sekitar 2 halaman A4 1,5 spasi. Lampirkan foto 3 buah. Dikirim ke hiburan@pikiran-rakyat.com. Jangan lupa
mencantumkan biodata singkat dan nomor rekening. Honornya lumayan banget, lho. :D
Rencana wisata religi ke Masjid Raya Bani Umar berawal
dari kekaguman saya saat melihat foto sebuah masjid yang dipajang teman di jejaring
sosial. Masjid megah bernuansa oranye dan merah mencolok tersebut memiliki
halaman luas yang ditumbuhi pohon kurma. Dialah Masjid Raya Bani Umar. Lokasinya
di kompleks perumahan Graha Bintaro Jaya, persisnya di Jalan Graha Bintaro Raya
Kav GK 4 no. 2-4, Kelurahan Parigi Baru, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang
Selatan. Masih satu kota dengan kota tempat tinggal saya.
Jumat pagi, jadilah saya menyusuri jalan menuju kompleks
perumahan Graha Bintaro Jaya. Sepanjang perjalanan, mata saya dimanjakan oleh
pohon-pohon rindang yang berbaris di pinggir jalan. Rumah-rumah baru model
minimalis, tak kalah menarik perhatian. Wah, meski berada di kota yang sama,
ternyata, saya belum pernah melalui jalan ini sebelumnya.
Tak lama, saya sampai. Begitu memasuki area masjid, saya
langsung disambut jajaran pohon kurma. Masya Allah, baru kali ini saya melihat
langsung pohon kurma! Pohon-pohon kurma berdiri di atas hamparan rumput yang seolah
berbentuk shaf shalat. Sayang, menurut pengurus masjid, pohon-pohon kurma ini
tidak berbuah. Kadang-kadang, ada pula yang mati. Mungkin karena iklim di sini
kurang cocok. Di Masjid Raya Bani Umar, jika ada pohon kurma yang mati, pohon
kurma baru akan segera didatangkan untuk menggantikan. Jadi, halaman masjid tetap
semarak oleh kehadiran jajaran pohon kurma.
Masjid Raya Bani Umar dibangun di atas tanah seluas 1,2
hektare pada tahun 2007 oleh Hajjah Karlinah Umar Wirahadikusumah, demi
memenuhi amanah suaminya, almarhum Umar Wirahadikusumah (wakil presiden
Indonesia tahun 1983-1988). Sebelum wafat, suaminya berpesan untuk dibikinkan
sebuah masjid yang nantinya mampu menebar maslahat bagi banyak umat. Masjid diresmikan
tanggal 10 Oktober 2008 oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono. Peresmian bertepatan dengan hari lahir Umar Wirahadikusumah.
Penampilan Masjid Raya Bani Umar lain daripada yang lain karena
tidak memiliki kubah, melainkan hanya menara setinggi 59 meter. Menara ini
disebut-sebut sebagai menara tertinggi di Tangerang. Sebagian besar ormanen di
dalam masjid berwarna tembaga. Memandangnya, saya teringat pada desain indah Masjid
At-Tin di kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Tak heran, rupanya,
arsitek yang mendesain adalah Fauzan Noe’man, arsitek yang juga mendesain Masjid
At-Tin.
Bangunan masjid yang terdiri dari tiga lantai ini mampu
menampung sekitar 1600 jamaah. Lantai satu memuat ruang serbaguna. Ruang
serbaguna sering dipakai untuk acara pernikahan. Bagi pengunjung yang ingin
menambah ilmu melalui bacaan, bisa datang ke toko buku yang ada di lantai ini.
Buku-buku islami, psikologi, dan lain-lain, tertata rapi di rak.
Sepengamatan saya, Masjid Raya Bani Umar memiliki
ventilasi pada hampir setiap tembok di luar ruangan shalat. Uniknya, desain
ventilasi seragam dengan desain lampu taman, pintu, dan ornamen-ornamen lain di
dalam masjid. Berkat ventilasi ini, sirkulasi udara masjid, terpelihara baik.
Siang hari, lampu tidak perlu dinyalakan lampu karena cahaya matahari bebas
masuk melalui ventilasi ini.
Di dalam ruang shalat utama, saya tertegun memandang tiga
kaligrafi, yakni dua kalimat syahadat, Allah Subhanahu Wata’ala, dan Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam berukuran raksasa di hadapan
saya. Kaligrafi-kaligrafi itu terpahat begitu cantik di dinding marmer. Oiya, salah
satu yang saya suka pada masjid ini adalah serambi luas di lantai duanya. Jika
waktu shalat belum tiba, tak ada salahnya bersantai sambil melihat pemandangan
seluruh masjid dari serambi ini.
Naik ke lantai tiga (ruang shalat tambahan), saya
menemukan sesuatu yang unik. Apakah gerangan?
Lampu! Ya, lampu yang menggantung di langit-langit berbentuk
lampion masjid ini, unik sekali. Eits, jangan salah. Ini bukan sembarang lampu
lampion. Di bagian bawahnya, kita bisa membaca Asmaul Husna. Masing-masing
lampu lampion bertuliskan satu Asmaul Husna. Sepertinya, lampu-lampu lampion
ini pun terbuat dari tembaga.
Di area
masjid berdiri klinik dokter umum dan dokter gigi. Klinik buka dari Senin
sampai Sabtu, pukul 09.00 pagi sampai 02.00 siang. Manfaat keberadaan klinik
sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar. Tarif berobat cukup murah. Khusus
untuk kaum dhuafa, tidak perlu membayar. Tinggal mengurus kartu dhuafa ke pihak
Yayasan Bakti Djajakusumah (yayasan keluarga Umar Wirahadikusumah, yang
memprakarsai pembangunan masjid). Setiap kali berobat, kartu harus dibawa. Sekali-sekala
diadakan kegiatan amal seperti operasi katarak gratis. Pasiennya tentu kaum
dhuafa. Fasilitas klinik yang lain adalah mobil jenazah yang beroperasi 24 jam.
Masjid yang konon pembangunannya menghabiskan dana dua miliar ini, sangat
nyaman dan bersih. Pastinya jamaah betah berlama-lama berada di sini.
Hari semakin siang. Jamaah shalat Jumat mulai
berdatangan. Mata saya berembun tatkala berpapasan dengan rombongan anak-anak
berkebutuhan khusus, yang berlari-lari menuju masjid. Mereka begitu ceria dan
bersemangat. Takbir bergema di hati saya. Ah, mereka yang memiliki keterbatasan
saja, senang mengunjungi rumah Allah, mengapa saya tidak? Kali lain, saya akan
mengajak buah hati saya mengunjungi Masjid Raya Bani Umar, untuk bersama-sama mengagumi
desain bangunannya yang menawan dan yang paling utama, bersujud mengagungkan
nama-Nya. [] Haya Aliya Zaki
Keren, Mak :)
BalasHapusDiam-diam aku sering ngintip blog ini :D
Aih, jangan diintip. Dipelototin juga enggak apa-apa xixixi. Makasih dah mampir, ya. :D
Hapushaduhhh cara penyampaian mu mak yang aku suka.. TOP deh
BalasHapusMaaakkk dirimu ini paling bisa, deh, bikin aku berbunga-bunga. :)) Makasih, Maaak. :D
Hapuswiiih kerennya mak haya,, tulisannya aq suka mak,, semangat truz mak :-)
BalasHapusYuk, coba kirim, yuk. Makasih dah mampir. :)
HapusTulisan nya bagus mba :)
BalasHapusSmoga bs mengirimkan tulisan2 lain lg yah mba :D
Ayo, ikutan kirim juga, yuk. Makasih dah mampir. :)
Hapusmantap mbak tulisannya. selamat ya. btw untuk kolom pariwisatanya khusus dalam negeri atau boleh juga luar negeri.makasih
BalasHapusBoleh dalam negeri, boleh luar negeri. 2 halaman aja. ayo kirim. :)
Hapusenak dibaca, mak, tulisanmu :)
BalasHapuspadahal idenya simple sekali, tapi belum tentu orang lain (termasuk saya) bisa bikin seenak dirimu :)
*mudah2an tulisan saya juga bisa ikutan nampang di media*
Maaak kalo ngomongin "enak", aku jadi kebayang kue bolu wakakaka. Makasih ya, Mak. Ayo, semangat! ^_^
Hapus
BalasHapusSaya pengen bisa nulis dari jaman masih sd.
Tapi ga pinter2 nulisnya. Cuman bisa nulis diary doang yg akhirnya coba dipindah ke blog :)
Aalam kenal ya mbak :)
Salam kenal juga. Saya malah belum rutin nulis di blog. :D Yang penting tetap menulis, semangat!
HapusMbak, utk tulisan tsb kira2 brp karakter agar bs dimuat?
BalasHapus2 halaman ukuran A4 spasi 1,5 ya, Mak. Kira-kira 3000 karakter.
BalasHapusLha, kok aku milu berembun.. :(
BalasHapusWah keren bgt Mbak tulisanya, suka bgt bacanya.. Pantesan aja PR lgs jatuh cinta :) kira2 kl aku yg ngirim tertarik ga ya?? :-P
BalasHapusSaya selalu menyukai tulisan Mak Haya. Ringan dan gak bertele-tele. Penyampaiannya pun pas. Maaak ijinkan saya menjadi muridmuuu :D
BalasHapusWah Mak.. keren banget tulisannya. Pengen banget suatu saat bisa seperti Mak Haya yang tulisan2nya dimuat di media cetak spt itu.
BalasHapusOya, terimakasih juga telah sharing informasi soal pengiriman artikel ke PR ini mbak.
aku ke sini atas rekomendasi suamiku, nyaman ada ACnya..heheee
BalasHapusMasjid Raya Bani Umar ... memang nyaman banget, saya tulis juga diblog hehehe waktu itu nggak sengaja ada undangan nikah teman.
BalasHapusTulisannya keren banget mak