Tulisan ini dimuat di majalah Sekar
rubrik Kata Hati. Rubrik Kata Hati memuat kisah-kisah inspiratif
seputar dunia istri dan ibu. Tulisan sekitar 300 kata. Tidak perlu
menyertakan foto. Dikirim ke sekar@gramedia-majalah.com. Jangan lupa
cantumkan biodata singkat dan nomor rekening di akhir naskah.
Betapa kagetnya saya mendengar kalimat keras
yang terlontar dari anak saya, Faruq (6 tahun). Di matanya, saya adalah seorang
pembohong. Benarkah? Apa pasal? Penyebabnya mungkin terdengar remeh di mata
kita, para orang dewasa. Berulang kali Faruq menagih janji kepada saya agar
sepedanya diperbaiki dan berulang kali pula saya menunda dengan mengarang
seribu alasan. Berhari-hari dikejar tenggat tulisan, membuat saya mudah-mudah saja mengiyakan permintaannya,
namun tidak menindaklanjuti. Inilah yang memicu kekesalan anak saya.
Tanpa sadar, kita sering mengobral janji
kepada si kecil dan lupa menepati karena mengganggap hal ini perkara sepele. Berbeda bila kita
berjanji kepada pimpinan perusahaan, rekan bisnis, atau teman sekantor, misalnya. Padahal
sesungguhnya, sama saja. Berjanji kepada si kecil, meskipun
hanya janji untuk membelikan mainan, atau mengajak jalan-jalan, janji ini tetap
harus ditunaikan.
Setiap kali kita berjanji, anak-anak akan
selalu mengingatnya dan menanti kita untuk menepati, dengan sepenuh hati. Jika
diabaikan, alamat pengaruh buruk bagi perkembangan jiwa mereka. Mereka merasa tidak dihargai dan
lama-kelamaan, terbentuklah generasi tidak peduli peraturan, yaitu peraturan
menepati janji. Di samping itu, dampak negatif tidak menepati janji dalam
keluarga sudah jelas. Kemesraan hubungan orangtua-anak memudar. Sebagai
orangtua kita tidak lagi dipercaya dan kehilangan wibawa di hadapan anak.
Berbicara soal janji kepada si kecil,
tentu erat kaitannya dengan bulan Ramadan. Saya yakin di bulan suci ini para
orangtua banyak menebar janji kepada anak-anak agar anak-anak semangat
meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah.
Bulan Ramadan adalah bulan pendidikan (tarbiyah). Bulan Ramadan memang
momen yang sangat tepat bagi para orangtua untuk mengenalkan nilai-nilai agama sedari
dini. Diharapkan kelak, rasa cinta Allah dan menjalin hubungan baik dengan
sesama, bakal erat tertanam di hati, juga perilaku anak. Tapi hendaknya kita jangan sampai lupa, kala Ramadan usai, anak-anak telah selesai melaksanakan kewajiban
mereka, segera bayar segala utang janji kita. Bila belum sanggup, sampaikan tulus
permintaan maaf. Kemukakan pula alasan sebenarnya penyebab janji belum bisa
ditepati, dengan bahasa yang sederhana, agar anak mudah memahami.
”Ummi, makasih, ya! Sepeda Faruq jadi kereeenn ... banget!” Faruq benar-benar surprais saat pulang
sekolah, ia mendapati sepeda rusaknya telah ’disulap’ menjadi bagus kembali. Ia
memeluk saya erat-erat. Ah, adakah yang lebih indah selain melihat senyum
merekah dan bintang berpijar di mata anak-anak kita? [] Haya Aliya Zaki
Pernah merasakan hal yang sama :) ternyata tulisan u kata hati ha-hal sederhana yang terjadi di sekitar kita ya hehe *jadi pingin coba* makasih ya mbak sudah berbagi :)
BalasHapusIYa, Mbak. Hal-hal "sederhana" tapi bermanfaat dan mudah-mudahan bisa menginspirasi orang lain. Mbak Vanda pasti bisa.:)
BalasHapus"sederhana" tp inspiratif bgt mb :)
BalasHapuskunjungan pertama mb haya..salam kenal yaa :)
salam kenal juga, Mbak. Makasih sudah mampir.:)
BalasHapusbener banget mba... hal2 yg kita kira sepele, tapi buat anak2 kita itu sangat berarti. saya juga kadang2 masih begitu mba :) moga2 enggak lagi2 deh 'mengingkari' janji. salam kenal mb Haya
BalasHapusSalam kenal, Mbak. Iya, saya juga kadang-kadang masih begitu. Kasihan anaknya nunggu-nunggu janji ortunya dikabulin. :D Terima kasih sudah mampir, Mbak. :)
HapusTerima kasih infonya
BalasHapustahun 1983an tulisan saya berjudul "Sepakbola Wanita Melanggar Kodrat?" terbit di rubrik Gado-Gado Majalah Femina.
Dapat honor dan paket kosmetik dari Rexona
Juga rubrik humornya
mau nyoba menulis di Sekar ach
Salam hangat dari Surabaya
Wah, ayo, Pa, kirim-kirim lagi. Untuk nonfiksi, di Femina ada rubrik wisata "Oleh-oleh". Kalau sekarang Femina ga ada rubrik humornya lagi ya, Pak? Salam hangat juga dari Tangerang. Terima kasih sudah mampir, Pak. :)
HapusKolom komentar sebaiknya di set ulang agar sahabat bisa menuliskan url blognya. Pada setting, klik comment lalu centang"everyone"
BalasHapusSekedar saran.
Terima kasih
inspiratif bgt mak :)
BalasHapusanak saya jg udah bs nagih janji :D
wah tulisannya bagus dan enak dibaca mak, asyik juga kalo mau coba-coba kirim tulisan ke sekar :) makasih infonya mak
BalasHapus