Asyik juga membaca novel romance Mbak Sefryana Khairil. Kebetulan ada lomba resensinya bukunya, saya ikut, deh. Resensi saya meraih Juara Favorit. Alhamdulillah. Berikut resensinya :
Judul buku : Dongeng Semusim
Penulis : Sefryana Khairil
Penerbit : Gagas Media
Cetakan : I, 2009
Tebal buku : viii + 260 hal
ISBN : 979-780-369-4
Ketika sebuah kapal berencana mengarungi samudera, seyogyanya, kapal itu telah
mempersiapkan perlengkapan berlayar dengan matang. Termasuk perihal nakhoda. Tentu
nakhoda yang dipilih adalah nakhoda terbaik.
Hanya ada satu nakhoda dalam satu
kapal. Ke arah mana nakhoda memutar haluan, ke situlah kapal melanjutkan
perjalanan. Bisa dibayangkan bila dalam satu kapal memuat dua nakhoda. Alamat
kapal karam karena tak tentu memastikan arah tujuan.
Uraian paragraf di atas sesungguhnya adalah kiasan. Dalam
menjalankan biduk rumah tangga, layak
kita berada di bawah satu bendera. Mengatasi konflik yang mencuat atau cara
mendidik anak-anak, misalnya, mestilah menuju
pada satu muara. Bahkan negara juga
mengeluarkan undang-undang ketat mengatur permasalahan ini. Negara tegas
menyatakan tidak mengakomodir pernikahan berlandaskan dua agama.
Hal ini ternyata
dipahami betul oleh Sarah, gadis cantik yang berkarier sebagai redaktur majalah
kuliner, Delicious. Cinta Sarah kepada Nabil, seorang fotografer muda, membuat
Sarah berani mengambil keputusan melawan arus. Sarah memilih berpindah pada
keyakinan Nabil demi merajut mimpi bersama dalam mahligai cinta. Sarah rela
menghadapi amuk keluarganya, terutama dari sang ayah dan Ruben, kakaknya. Untung, mama Sarah tak ikut-ikutan menghakimi
pilihan Sarah. Bahkan, ketika Sarah tergugu di ijab kabul karena ketidakhadiran
sang ayah, mama menghibur dan menampung semua keluh-kesah Sarah.
Akan tetapi, rupanya, manis madu asmara tak lama dikecap Sarah. Indahnya
dongeng percintaan hanya semusim berjalan. Sikap Nabil begitu kekanak-kanakan.
Prinsip ’just for fun’ Nabil dalam hidup, menjadi bumerang. Ini jelas terlihat
saat Nabil merasa tidak siap tatkala mengetahui Sarah hamil. Ia melampiaskan
kekesalan dengan menenggak minum-minuman keras dan tenggelam di dunia malam.
Parahnya, kekacauan memuncak saat Sarah sedang semangat-semangatnya mendalami
agamanya yang baru. Nabil merasa terganggu dengan rentetan pertanyaan seputar
agama, karena ia telah lama meninggalkan ajaran-Nya demi kesenangan dunia.
Perselisihan demi perselisihan terjadi. Dalam labilnya,
Nabil memutuskan untuk meninggalkan Sarah. Sarah merasa Nabil berlaku tak adil.
Ia telah mengorbankan segalanya demi hidup bersama Nabil. Dongeng percintaan
mereka bersenandung lara. Semua menjadi rumit. Semua menjadi sulit. Batin Sarah
semakin terempas saat ayahnya meninggal. Ruben mentah-mentah
menyalahkan dirinya atas kematian ayah mereka. Sementara, Nabil masih asyik
dengan kegamangan meneruskan pernikahan mereka.
Sampai akhirnya, sebuah kenyataan pilu menimpa Sarah. Nabil
terenyak. Mungkinkah Nabil akan menyadari kekeliruannya? Benarkah dongeng
percintaan mereka menjadi dongeng semusim belaka? Apa pula hubungan manis,
gurih, asam pancake hazelnut blueberry dalam
cerita ini? Silakan cari jawabnya dalam novel Dongeng Semusim.
Novel Dongeng Semusim
berkisah tentang lika-liku hidup berumah tangga. Sang pengarang, Sefryana,
mencoba membuka wawasan bahwa pernikahan tak selalu indah seperti di permukaan. Namun, bila diiringi niat suci dan usaha gigih, insya Allah semua mampu diatasi. Lancarnya
komunikasi, menerima
kelebihan-kekurangan pasangan, menjadi faktor penting membangun rumah tangga harmonis. ”Mungkin,
awalnya kita nggak tahu siapa jodoh kita sampai kita bertemu. Tuhan tahu kita
tidaklah sempurna, tapi menjadi sempurna saat bersama.” (hal 257).
Yang
membuat novel ini unik adalah keahlian Sefryana menaburkan resep-resep lezat
sebagai pelengkap cerita. Yap, pekerjaan Sarah sebagai redaktur majalah
kuliner, tampil klik dengan taburan
resep-resep makanan ini. Petikan-petikan
lirik lagu romantis, menghiasi setiap awal bab cerita. Menyusuri sentuhan
maknanya lalu menghubungkan dengan alur kisah, menjadi kenikmatan tersendiri
bagi pembaca.
Sayang, ada sedikit kejanggalan dalam logika cerita.
Contoh, ketika Sarah mampir ke sebuah toko buku-buku muslim, ia terlihat kaget bertemu
Puspa, adik Nabil. Ternyata toko itu ada di depan kampus Puspa. Bagaimana
mungkin Sarah tidak tahu kampus adik iparnya sendiri? Pindahnya keyakinan Sarah
disebutkan di sini hanya beralaskan cinta. Kemungkinan besar, alasan ini tidak cukup
kuat menggiring Sarah untuk memahami ajaran agama barunya lebih dalam. Kecuali, bila
ia telah dilimpahi hidayah akan kebenaran ajaran agama barunya ini. Keputusan
Sarah untuk berhijab juga kurang dibasisi argumen kokoh.
Mengenai kemasan, sampul depan novel Dongeng Semusim
terkesan terlalu ’biasa’ (kurang greget). Ilustrasi dan campuran warna
terlampau sederhana, seolah menyurutkan makna. Terus terang, karena sampul
depan yang demikian, awalnya saya enggan meraih novel ini dari rak di toko
buku. Namun, setelah membaca beberapa halaman, saya berubah pikiran.
Akhir kata, novel Dongeng Semusim layak diapresiasi
karena keunikan dan topik permasalahan yang diangkat. Selamat menikmati potret
pernikahan yang khas (meminjam istilah Ifa Avianty) dari seorang Sefryana
Khairil ... lengkap dengan sensasi manis, gurih, dan asam di dalamnya .... [] Haya Aliya Zaki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan jejak. Semoga tulisan ini bermanfaat. Mohon maaf, komentar Anonim akan saya hapus. Dilarang copy paste atau memindahkan isi blog. Jika hendak mengutip, harap mencantumkan sumber blog ini. Salam.