Pertengahan tahun 2009, saya kenal dekat dengan Mbak Triani Retno (Eno) gara-gara saya ikut lomba resensi bukunya ini. Yang menyelenggarakan Gramedia Pustaka Utama. Kata Mbak Retno, "Eh, Hay, kamu kan suka menulis resensi buku tuh. Ikut lomba resensi bukuku, yuk. Ini kebanyakan naskah yang masuk kayak bukan resensi, tapi curhat semua huaaa ...!"
Saya terkikik geli mendengar kalimat Mbak Eno. Saya pun mengikuti sarannya. Saya baca bukunya benar-benar, kemudian saya berusaha membuat resensi sebaik mungkin. Entah kenapa, tiba-tiba saja muncul di benak saya untuk mengaitkan "bawel" (unsur utama di novel ini) dengan penjelasan medis (bisa dilihat di paragraf pertama). Biar tampil beda saja dengan yang lain hehehe .... Sebelum mengirim, saya meminta tolong kepada pakar menulis resensi, Mas Nur Mursidi, untuk membaca resensi saya. Komentar beliau, "Resensi Mbak semakin tajam. Bagus!"
Wow, jadilah saya semangat 45 mengirimkan resensi ini untuk lomba. Alhamdulillah, resensi saya meraih Juara I. Berikut resensinya :
Judul buku : Bodyguard Bawel
Penulis : Triani Retno A.
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, April 2009
Tebal buku : 184 hal
Mungkin sudah takdir ya, cewek lebih banyak bicara daripada
cowok. ”Potensi” ini bahkan telah terbaca
sejak mereka masih kanak-kanak. Tidak percaya? Fakta menyatakan, anak cewek
mulai berbicara lebih awal daripada anak cowok. Pada usia tiga tahun, jumlah kosakata anak
cewek dua kali lipat daripada anak cowok. Lalu, bandingkan obrolan harian
seorang cewek dengan cowok. Cowok mengatakan
2000-4000 kata saja. Sedangkan cewek, bisa sampai tiga kali lipatnya! Ternyata,
setelah diteliti, cowok hanya punya sedikit titik penting di dalam otak yang fungsinya
mengendalikan ketrampilan berbicara. Sedangkan di otak cewek, areanya lumayan
besar (Alan & Pease, 2008:109). Hm,
jadi wajar saja bila cewek sangat menikmati kegiatan berbicara dan sering
melakukannya!
Tapiii ... bagaimana kalau ada cewek yang kelewat banyak
bicara alias bawel? Ya, bawel. Seperti
Alea Nandhika (Lea)! Hm, terbayang tidak
ya berapa porsi area di otaknya yang mengendalikan keterampilan berbicara
berdasarkan teori di atas? Hihihi ... teman-teman Lea sering minta ampun melihat
kebawelan Lea. Soal bicara, siswi kelas XI SMA Pelita Ilmu Jakarta ini bisa
diibaratkan mobil yang remnya blong. Ditanya 1, jawabnya 1000. Teman-teman Lea
memiliki keluhan yang sama bila di dekat Lea: berisiiikkk ...!
Menilik sekilas judul novel ini, mungkin kamu-kamu
langsung teringat film romantis jadul (atau malah pada belum pernah nonton
saking jadulnya film ini?:D), seperti : Bodyguard (Kevin Costner-Whitney Houston) dan
The Defender (Jet Li-Christy Chung). Film-film tersebut berkisah tentang cewek
yang akhirnya kesetrum api cinta dengan bodyguard
(pengawal pribadi) mereka. Namun, kisah Bodyguard Bawel ini sama sekali berbeda. Bodyguard Bawel
adalah julukan sosok Lea yang selalu membuat teman-temannya jatuh kangen. Lea yang baik hati dan pantang melihat
ketidakadilan di depan mata. Hohoho ... kesannya pendekar sekali, ya? Tapi, benar, buktinya cewek bersabuk hitam
karate ini hobi mengejar copet. Statusnya sebagai cewek, urung menghalanginya ’beraksi’. Singkat cerita, siapa saja yang
butuh bantuan, Lea bersedia memberikan bahu untuk bersandar.
Kisah bermula saat Yola, teman Lea, kelimpungan mencari
Adit, cowok tampan yang jago melukis. Beberapa hari lagi, sekolah mereka akan
mengadakan lomba lukis untuk anak-anak SD. Adit yang nyata-nyata menjabat ketua panitia lomba,
malah mendadak raib! Sebagai salah satu anggota panitia, bagaimana Yola tidak stres! Apalagi waktu perlombaan semakin
dekat.
Nah, bukan Lea namanya kalau tidak menolong sahabat. Lea
pun gencar berburu informasi tentang Adit. Akhirnya, berdasarkan informasi yang
didapat , Lea, Yola, dan Yugi (sahabat kental Lea), mencari Adit di rumah
sakit. Sesungguhnya, Adit tidaklah sakit. Rumah sakit baginya hanya tempat
untuk menyendiri, mengenang kejadian suram masa lalu. Badai dalam keluarga menorehkan
banyak luka dan membuatnya trauma.
Melihat Lea dan Adit sama-sama jomblo, Yugi mencoba
menyambung ’rasa spesial’ antar keduanya. Hati Lea berbisik, Adit lumayan
tampan, tapi aneh. Masa cowok tampan hobinya
menyambangi rumah sakit! Saat
ini, Adit belum mampu menggetarkan hati Lea.
Perasaan Lea cuma sebatas kagum pada lukisan-lukisan Adit. Lea mencari
cowok yang bisa membuatnya terpanah asmara pada pandangan pertama.
Bagai mimpi menjelma kenyataan, akhirnya Lea bertemu
cowok idaman. Namanya, Gilang. Dasar pendekar bawel, bertemu dengan sang pujaan
pun dalam rangka kejar-mengejar copet. Waktu itu Lea membantu menangkap orang
yang mencopet tas mama Gilang. Lalu Lea dan Gilang berkenalan. Pada pandangan
pertama, Lea terpanah asmara!
Sedikit demi sedikit Lea mulai menyesuaikan diri dengan
kepribadian Gilang. Lagu RBT Kucing Garong nan garang favoritnya, diganti
dengan lagu Gita Gutawa yang manis. Lea rela belajar musik klasik, jenis musik
kesayangan Gilang. Untuk mempermulus hubungan asmaranya, Lea berguru khusus
pada buku 25 Kiat Mendapatkan Pacar Idaman.
Hmmm ... bagaimana kelanjutan hubungan Lea dan Gilang?
Benarkah tak ada percik cinta antara Lea dan Adit? Akankah Dewi Amor tetap
setia menaungi perjalanan asmara sang pendekar bawel? Agar tak lebih lama berselubung
jubah penasaran, silakan cari novel ini dan baca sampai tuntas!
Tema cinta serta persahabatan dalam kemasan novel, memang
tidak pernah mati. Dari waktu ke waktu peminatnya membengkak, terutama dari
kalangan anak muda. Dan, Bodyguard Bawel mengurai kisah bertema tersebut dengan bahasa
yang lincah dan segar, khas remaja. Lelucon-lelucon
menggelikan namun bernilai positif, mengalir bak air. Sangat cerdik, di sini
penulis menyelipkan antara lain informasi seputar isu pemanasan global yang
kini menjadi momok penghuni bumi dan kerennya pemakaian biogas yang ramah
lingkungan. Penokohan Lea sebagai cewek superbawel dibangun cukup sukses. Petikan
tips-tips lucu 25 Kiat Mendapatkan Pacar Idaman pun lumayan mencuri
perhatian. Tak heran bila novel ini berhasil menghantarkan penulisnya meraih predikat Pemenang Berbakat
(Lomba Cerita Konyol Remaja 2008).
Sedikit masukan untuk novel Bodyguard Bawel. Ruang imajinasi
pembaca tentang penampilan masing-masing tokoh, masih tersekat dikarenakan minimnya
deskripsi. Misal, keriting atau luruskah rambut Lea? Apa pakaian favoritnya? Setampan
siapa wajah Gilang? Rupa indo seperti
Christian Sugiono-kah? Atau paras oriental mirip Glen Alinsky? Deskripsi visual
terasa kering di sini.
Mengenai alur cerita, kehadiran tokoh Adit menimbulkan tanya. Di bab-bab awal, tokoh Adit menjabat peran lumayan penting. Tapi setelah itu, sosoknya seolah menguap, menyisakan akhir cerita yang kurang menggigit. Trauma masa lalu Adit, mungkin bisa dieksplorasi lebih dalam. Juga kelanjutan hubungannya dengan Lea.
Mengenai alur cerita, kehadiran tokoh Adit menimbulkan tanya. Di bab-bab awal, tokoh Adit menjabat peran lumayan penting. Tapi setelah itu, sosoknya seolah menguap, menyisakan akhir cerita yang kurang menggigit. Trauma masa lalu Adit, mungkin bisa dieksplorasi lebih dalam. Juga kelanjutan hubungannya dengan Lea.
Namun, di atas itu
semua, Bodyguard Bawel layak diapresiasi. Novel ini kocak, ringan, tanpa
terlupa pesan. Sangat cocok menemani kamu minum cokelat hangat di sore hari atau
melepas penat setelah menyelesaikan setumpuk
peer dan
ujian sekolah. [] Haya Aliya Zaki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan jejak. Semoga tulisan ini bermanfaat. Mohon maaf, komentar Anonim akan saya hapus. Dilarang copy paste atau memindahkan isi blog. Jika hendak mengutip, harap mencantumkan sumber blog ini. Salam.